BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Kuliah Kerja Komunikasi
Pada era
globalisasi dan berkembangnya pasar bebas, serta semakin pesatnya teknologi dan
ilmu pengetahuan, maka untuk setiap individu dituntut mampu bersaing dan
berkompetisi dalam semua bidang yang ada guna bentuk alternatif dalam
menanggapi kemajuan dunia kerja. Kuliah kerja komunikasi (K3) merupakan salah
satu mata kuliah yang wajib tempuh bagi Mahasiswa program studi ilmu komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo (Univet Bantara).
Hal ini
merupakan upaya untuk mempersiapkan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Univet
Bantara Sukoharjo untuk lebih berpengalaman dengan cara menerapkan dan
mempratekkan teori-teori yang diperoleh selama berlangsungnya perkuliahan yang
tidak lepas dari pengalaman Tri Dharma Perguruan Tinggi yang telah ada ke dalam
dunia kerja yang lebih nyata.
Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan (DISPARBUD) Karanganyar merupakan
salah satu lembaga atau bentuk dunia kerja yang sesuai dengan Program Studi
Ilmu Komunikasi. Oleh karena itu peserta Kuliah Kerja Komunikasi atau mahasiswa
magang memilih DISPARBUD Karanganyar sebagai lokasi mahasiswa magang untuk
mempratekkan teori-teori komunikasi yang selama ini diperoleh ada masa
perkuliahan.
Selain itu
DISPARBUD Karanganyar juga mempunyai visi dan misi untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SDM) dalam bidang kepariwisataan. Hal tersebut terbukti
dengan adanya program kerja yang memberikan kesempatan bekerjasama dengan dunia
pendidikan seperti Univet Bantara Sukoharjo untuk melakukan Kuliah Kerja
Komunikasi (magang).
B.
Tujuan
Kuliah Krja Komunikasi
1. Mempratekkan
teori-teori yang dperoleh selama masa perkuliahan dengan dunia kerja yang
nyata.
2. Memenuhi
kurikulum mata kuliah wajib tempuh semester VII Program Studi Ilmu Komunikasi
FISIP Univet Bantara Sukoharjo.
3. Meningkatkan
kualitas dan kemampuan mahasiswa dalam hal keterampilan sistem, cara, dan
mekanisme kerja yang berlaku di dunia kerja atau lokasi magang.
C.
Manfaat
Kuliah Kerja Komunikasi
1. Mahasiswa
magang mengetahui dan memperoleh keterampilan langsung tentang sistem, cara,
dan mekanisme kerja yang digunakan oleh DISPARBUD Karanganyar sebagai lokasi
magang.
2. Mahasiswa
magang memperoleh informasi langsung dalam megelola sistem informasi pariwisata
yang berlaku di DISPABUD Karanganyar.
3. Mahasiswa
mengetahui bagaimana DISPABUD Karanganyar khususnya bidang Pemasaran wisata
melakukan pemasaran atau promosi wisata yang ada di Kabupaten Karanganyar untuk
setiap tahun pada wisatawan manca negara atau wisatawan lokal.
D.
Waktu
dan Tempat Kuliah Kerja Komunikasi
Kuliah Kerja
Komunikasi atau magang ini dilaksanakan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Univet
Bantara Sukoharjo pada semester VII (Tujuh) selama 1 bulan. Sejak tanggal 20
Februari 2012 sampai dengan 20 Maret 2012. Bertempat di kantor Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan (DISPARBUD) Karanganyar, Kompleks Perkantoran Kelurahan Cangakan
Telp (0271) 495439, Kode Pos 57712. Kegiatan magang berlangsung dari hari
Senin-Sabtu pukul 07.30-13.00 WIB.
KEBERADAAN KANTOR
A.
Letak
Geografis Karanganyar
Kabupaten
Karanganyar terletak di sebelah barat lereng Gunung Lawu, Jawa Tengah, pada
posisi 110o 40’ – 110o 70’ Bujur Timur dan 7o
28’ – 7o 46’ Lintang Selatan, beriklim tropis dengan suhu
udara rata-rata 22oC – 31oC. batas wilayah Kabupaten
Karanganyar dengan daerah lain adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Sragen
Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur
Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat : Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali
Luas wilayah
Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,6374 hektar, yang terbagi dalam 17 wilayah
Kecamatan dan 177 wilayah Pemeritahan Desa/Kelurahan. Wilayah Kabupaten
Karanganyar terletak di Jawa Tengah bagian timur, apabila dicermati posisi
kawasan wisata Gunung Lawu sangatlah strategis bagi kepentingan pengembangan
pariwisata Jawa Tengah bagian tenggara dan pengembangan lintas Provinsi Jawa
Tengah-Jawa Timur.
B.
Sejarah
Berdirinya Kabupaten Karanganyar
Pada mulanya
Karanganyar merupakan dukuh kecil pada tahun 1745 Masehi tepatnya pada tanggal
16 Maulud 1670 Hijriah atau tanggal 19 April 1745 Masehi. Pencetus pertama nama
Karanganyar ialah R.M. Said atau Pangeran Sambernyawa yang nanti akan dikenal
sebagai Sri Mangkunegoro I. Asal mula/ cikal bakal nama Karanganyar berasal
dari Raden Ayu Diponegoro atau Nyi Dipo alias Nyi Ageng Karang, yang mempunyai
nama kecil R.A. Sulbiyah. Pada waktu itu Karanganyar menjadi dukuh kecil
(Badran Baru) yang termasuk dalam wilayah Kasunanan Surakarta, dan pemegang
pimpinan Swapraja Kasunanan Surakarta ialah Sri Sunan Paku Buwono II.
Setelah adanya
perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755 Masehi yang membagi Bumi
Mataram menjadi 2 Kerajaan (Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta),
maka dukuh Karanganyar yang masi kecil dan terketak di Sukowati Selatan berubah
menjadi masuk ke dalam wilayah Kasultanan Yogyakarta. Hal tersebut terjadi
karena di dalam Perjanjian Giyanti menyebutkan bahwa seluruh tanah Sukowati
menjadi tanah Kasultanan Yogyakarta yang pada waktu di pimpin oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono I/Pangeran Mangkubumi (1755-1792 Masehi).
Pada tahun 1847
Masehi Sri Mangkunegoro III (Pimpinan Swaparja Mangkunegaran tahun 1835-1853
Masehi) mengadakan tatana baru. Analogi peraturan yang berlaku di Kasunanan
Surakarta ialah Staatblah M No. 30
yang mulai berkaku pada tanggal 5 Juli 1847 Masehi. Salah satu peraturan di
dalamnya menyatakan bahwa Karanganyar merupakan salah satu wilayah Swapraja
Mangkunegaran dengan Onderregentschap
diubah menjadi Regentschap
(Kabupaten) pada Sri Mangkunegoro VII memegang pimpinan Swapraja Mangkunegaran
(1916-1944 Masehi) pada tanggal 20 November 1917 Masehi. Dengan demikian
tanggal 20 November 1917 Masehi Karanganyar menjadi Kabupaten Karanganyar
dengan nama Ibukota Karanganyar.
Nama karanganyar sendiri mempunyai
maksud sebagai berikut :
Ka
|
:
|
Kawibawan
yang dicita-cita (kawibawan ingkan dipun
gayuh).
|
Rang
|
:
|
Rangkapannya lahir
batin, pulung dan wahyunya telah turun (rangkepanipun lahir batin, pulung,
lan wahyuning sampun tumurun).
|
Anyar
|
:
|
Akan
menerima perjanjian baru, diangkat menjadi Mangkunegoro I
|
Namun, berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 20 Tahun 1998 tentang Hari Jadi Kabupaten Karanganyar, telah ditetapkan
tanggal 18 November 1917 sebagai Hari Jadi Kabupaten Karanganyar, dan
diperingati setiap tahunnya oleh segenap masyarakat Kabupaten Karanganyar di
manapun berada.
C.
Visi
dan Misi Karanganyar
1. Visi
Karanganyar sebagai daerah yang maju, adil, makmur, berketahanan dan mandiri, dalam suasana tentram, dengan industri, pertanian dan pariwisata yang handal, didukung oleh masyarakat yang sehat jasmani dan rohani, berbudi luhur, demokratis, bersatu padu serta berkepribadian bangsa.
Karanganyar sebagai daerah yang maju, adil, makmur, berketahanan dan mandiri, dalam suasana tentram, dengan industri, pertanian dan pariwisata yang handal, didukung oleh masyarakat yang sehat jasmani dan rohani, berbudi luhur, demokratis, bersatu padu serta berkepribadian bangsa.
2.
Misi
õ Menjadikan Kabupaten Karanganyar
sebagai daerah industri, baik industri menengah maupun industri kecil yang
maju.
õ Menjadikan Kabupaten Karanganyar
sebagai daerah pertanian yang berwawasan agrobisnis dan agroindustri dengan
mengembangkan produk unggulan yang kompetitif.
õ Menjadikan Kabupaten Karanganyar
sebagai daerah tujuan wisata utama di Jawa Tengah yang menarik wisman dan
wisnus.
õ Menjadikan Kabupaten Karangayar
sebagai pusat Pendidikan dan Pengembangan SDM yang menguasai Iptek, berjiwa
Imtaq, berkepribadian bangsa dan berwawasan kedepan.
õ Menjadikan masyarakat Kabupaten
Karanganyar sejahtera lahir dan batin.
õ Mengembangkan sistem informasi yang
selalu disesuaikan dengan perkembangan sarana telekomunikasi dan komunikasi
sebagai media promosi yang efektif bagi potensi dan perkembangan daerah
Kabupaten Karanganyar.
õ Meningkatkan upaya pemberantasan
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
BAB III
PROFIL DINAS PARIWISATA DAN
KEBUDAYAAN (DISPARBUD) KARANGANYAR
A.
Sejarah
Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (DISPARBUD) Karanganyar
Profil Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan (DISPARBUD) Karanganyar merupakan salah satu unsur
pelaksanaan kewenangan Pemda dalam bidang kepariwisataan. DISPARBUD
Kabupaten Karanganyar dibentuk tahun 1987 berdasarkan Peraturan Daerah No. 2 tahun 1987. Perda
tersebut dibuat berdasarkan Keputusan Gubernur Jateng No. 556/82/1986 tetang
petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jateng No. 7 tahun 1984 tentang
penyerahan sebagian urusan Pemda Kabupaten Karanganyar, maka untuk kelancaran
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan yang menyangkut kepariwisataan
Kabupaten Karanganyar perlu dibentuk suatu Dinas yang mengurus masalah
tersebut, maka dibentuklah Dinas Pariwisata.
Kabupaten
Karanganyar yang mempunyai potensi pariwisata yang cukup potensial, menurut
Dinas Pariwisata mampu menjalan tugas
dan fungsinya dalam menggali dan
mengembangkan potensi yang ada. Hal penting dalam pengembangan bidang
kepariwisataan adalah memelihara dan melestarikan lokasi-lokasi wisata agar
tetap utuh dan memberi daya tarik bagi wisatawan.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya telah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Daerah Kabupaten Karanganyar. Secara rinci tugas pokok dan fungsi serta
wewenangnya diatur dalam Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 75 Tahun 2009.
Berdasarkan Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 75 Tahun 2009 tentang Uraian tugas dan fungsi jabatan struktural pada
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, Bab II pasal 2 tentang
susunan organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar.
B.
Struktur
Organisasi Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (DISPARBUD) Karanganyar
Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan (DISPARBUD) Karanganyar mempuyai susunan struktur organisasi
yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang bertanggung jawab penuh atas program kerja
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (DISPARBUD) Kabupaten Karanganyar dan
pengelolaan obyek wisata di Kabupaten Karanganyar. Adapun susunan dan tugas-tugasnnya
adalah sebagai berikut :
|
Sumber
: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Karanganyar Kabupaten Karanganyar
Kepegawaian
:
1. Jumlah Pegawai
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar memiliki 57 orang pegawai, 48 orang yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan 9 orang berstatus Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS).
2.
Kualifikasi
Pendidikan
Sarjana
Strata 2 : 11 orang
Sarjana
Strata 1 : 16 orang
Sarjana
Muda : 11 orang
SLTA : 17 orang
SLTP : 1
orang
SD : 1 orang
3. Pangkat
dan Golongan
Golongan IV : 9 orang
Golongan III : 29 orang
Golongan II : 18 orang
Golongan I : 1 orang
4. Jumlah
Pejabat Struktural
Esselon
II :
1 orang
Esselon
III : 4 orang
Esselon
IV : 10 orang
C.
Sistem
dan Prosedur Kerja Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (DISPARBUD)
Karanganyar
1. Kepala
Dinas
õ Membantu
Bupati dalam melaksanaakan tugas otonomi di bidang pariwisata, Kebudayaan dan
promosi atau pemasaran.
õ Perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian di bidang pariwisata, kebudayaan dan promosi atau
pemasaran.
õ Melaksanakan
kegiatan operasional, pemberian bimbingan, pembinaan dan pemberian rekomendasi
perizinan sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan Bupati berdasarkan Undang-Undang
yang berlaku.
õ Penyelenggaraan
koordinasi dan kerjasama kemitraan dengan pihak-pihak yang terkait dalam
pengembangan dan pemberdayaan pariwisata dan kebudayaan.
õ Pelaksanaan
tugas yang diberikan Bupati dan Sekda sesuai dengan bidang tugasnya.
õ Melaporkan
dan mempertanggung jawabkan atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Bupati
melalui Sekda sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Sekretariat
õ Menyelenggarakan
urusan umum, keuangan, pembudayaan pegawai dan organisasi.
õ Perencanaan
kebutuhan internal dana administrasi.
õ Melaksanakan
penegakan disiplin dan pembinaan kesejahteraan pegawai.
õ Melaporkan
dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepadan KTU sesuai dengan
ketentuan.
Sekretariat mempunyai beberapa sub bagian antara lain :
õ Sub
bagian perencanaan
Kepala sub
bagian perencanaan mempuyai tugas pokok untuk mengumpulkan dan mengolah data,
mengkoordinasikan rencana kegiatan dinas, mengevaluasi, menganalisis, menyusun
laporan dan hasil-hasil yang dicapai dan melaksanakan urusan hukum organisasi
dan hasil-hasil yag dicapai dan melaksanakan urusan hukum organisasi dan tata
laksana.
õ Sub
bagian umum
Kepala sub
bagian umum mempunyai tugas pokok untuk melakukan urusan surat menyurat,
pengarsipan, perlengkapan, serta penyelenggaraan administrasi dan pembinaan
kepegawaian.
õ Sub
bagian keuangan
Kepala sub
bagian keuangan mempunyai tugas pokok untuk melakukan perencanaan anggaran
pembiayaan, pengelolaan, pertanggung jawaban dan administrasi keuangan.
3. Kepala
Bidang Pemasaran
õ Membantu
kepala dinas dalam bidang pembinaan dan pengembangan promosi dan kebudayaan.
õ Menyusun
dan menyempurnakan ketentuan-ketentuan kewenangan daerah untuk melaksanakan
tugas-tugas dinas, rencanaan jangka menengah dan tahunan di bidang promosi.
õ Melaksanakan
pembinaan dan penyelenggaraan promosi wisata dan kebudayaan.
õ Melaksanakan
pengkajian pasar wisata sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
õ Melaksanakan
koordinasi dan kerjasama evaluasi kegiatan sadar wisata, sadar budaya.
4. Kepala
Bidang Obyek Sarana dan Prasarana
õ Melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan obyek, sarana interaksi, jasa pariwisata dan
aneka fasilitas.
õ Melaksanakan,
mengkoordinir dan mengendalikan pembangunan jangka menegah dan tahunan dinas
yang berkaitan dengan pengembangan obyek, sarana, dan atraksi wisata.
õ Melaksanakana
kegaiatan yang behubunga dengan pengadaan tenaga prasarana wisata.
õ Melaksanakan
koordinasi , kerjasama dan evaluasi dan penyelanggaraan atau pengadaan
bahan-bahan tenaga dan prasara wisata dan budaya sesuai ketentuan.
õ Melaporkan
dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas kepada kepala dinas.
5. Kepala
Bidang Kebudayaan
õ Membantu
kepala dinas untuk merencanakan, mengkoordinir, membina, mengembangkan dan melaksanakan kebudyaan dan seni
purbakala.
õ Menyusun
dan menyempurnakan standar kewenangan daerah Kabupaten Karanganyar atau
melaksanakan tugas-tugas dinas serta rencana jangka menengah dan tahunan di
bidang kebudayaan.
õ Pelaksanaan,
pembinaan, pengendalian dokumentasi, registrasi, publikasi, perlengkapan,
pemeliharaan dan pemanfaatan kebudayaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
õ Menyiapkan
bahan pembinaan penyelenggaraan seni, budaya dan pelestarian benda-benda
purbakala.
õ Menyelenggarakan
kerjasama di bidang sejarah dan benda-benda purbakala.
D.
Visi
dan Misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Karanganyar
1. Visi
Karanganyar
“
Menjadikan Kabupaten Karanganyar sebagai Daerah Tujuan Utama Wisata Tahun 2013
:”
2. Misi
Karanganyar
a)
Meningkatkan
pengelolaan daya tarik wisata secara profesional yang berwawasan lingkungan.
b)
Menjadikan
Pariwisata sebagai andalan untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi
pengangguran sekaligus sebagai sumber pendapatan daerah yang signifikan untuk
lima tahun ke depan.
c)
Meningkatkan
dan mengembangkan manajemen promosi Pariwisata.
d)
Meningkatkan
pelayanan kepada wisatawan.
e)
Meningkatkan
Sumber Daya Manusia dalam bidang Pariwisata, Seni dan Budaya.
f)
Melestarikan
dan mengembangkan Seni dan Kebudayaan Daerah.
di bidang Kepariwisataan.
E.
Ruang
Lingkup Magang
Dalam melaksanakan Kuliah Kerja
Komunikasi (K3) atau magang di Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan (DISPARBUD) Karanganyar Kabupaten Karanganyar,
hal-hal yang merupakan menjadi tugas atau kegiatan saya selama melaksanakan
magang atau K3 antara lain :
®
Menerima dan melayani tamu.
®
Mengagendakan surat masuk dan surat
keluar.
®
Menyusun dokumen-dokumen penting.
®
Mengetik undangan yang disusun oleh DISPARBUD.
®
Membantu pegawai DISPARBUD dalam bentk
administrasi.
®
Mengetik surat-surat aset tetap DISPARBUD.
®
Mengikuti apel pagi.
®
Memfotokopi surat-surat.
®
Melakukan praktek langsung ke
obyek-obyek di Kabupaten Karanganyar.
BAB IV
OBYEK WISATA KARANGANYAR
A.
Candi
Cetho
Candi Cetho
(ejaan bahasa Jawa Cetha) merupakan
sebuah candi bercorak agama Hindu peinggalan masa akhir pemerintahan Majapahit
(abad ke-15). Laporan pertama mengenai candi ini dibuat oleh Van de Vlies pada
1842. A.J. Bernet juga melakukan penelitian mengenai candi tersebut. Ekskavasi
(penggalian) untuk kepentingan rekontruksi dilakukan pertama kali pada tahun
1928 oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda. Berdasarkan keadaannya ketika
reruntuhannya mulai diteliti, candi ini memiliki usia yang tidak jauh dengan
Candi Sukuh. Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi,
Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian 1400 m di atas permukaan laut.
Sampai saat ini,
komplekss candi digunakan oleh penduduk setempat yang beragama Hindu sebagai
tempat pemujaan dan populer sebagai tempat pertapaan bagi kalangan penganut
agama asli Jawa/Kejawen.
Ketika ditemukan
keadaan candi ini merupakan reruntuhan batu pada empat belas datarana
bertingkat, memanjang dari barat (paling rendah) ke timur, meskipun pada saat
ini tinggal 13 teras, dan pemugaran dilakukan pada sembila teras saja.
Strukturnya yang berteras-teras membuat munculnya dugaan akan kebangkitan
kembali kultur asli (punden berundak) pada masa itu, yang disintesis dengan
agama Hindu. Dugaan ini diperkuat dengan bentuk tubuh pada relief seperti
wanyang kulit, yang mirip dengan penggambaran di Candi Sukuh.
Pemugaran yang
dilakukan oleh Humardani, asisten pribadi Suharto, pada akhir 1970-an mengubah
banyak struktur asli candi meskipun konsep punden berundak tetap dipertahankan.
Pemugaran ini banyak dikritik oelh pakar arkeologi. Mengingat baha pemugaran
situs purbakala tidak dapat dilakukan tanpa studi mendalam. Banguan baru hasil
pemugaran adalah gapura megah di muka, bangunan-bangunan dari kayu tempat
pertapaan, atun sabdapalon, Nayagenggong Brawijaya V, serta Phallus, dan
bangunan kubus pada bagian puncak punden.
Selanjutnya,
Bupati Karanganyar, Rina Iriani, dengan alasan untuk meyemarakan gairah
keberagaman di sekitar candi, menempatkan arca Dewi Saraswati, sumbangan dari
Kabupaten Gianyar, pada bagian timur kompleks camdi.
Pada keadaannya
yang sekarang, Candi Cetho terdiri dari sembilan tingakatan berundak. Sebelum
gapura besar berbentuk candi bentar, pengunjung mendapati dua pasang arca
penjaga. Aras pertama setelah pertama masuk merupakan halaman candi. Aras kedua
measih berupa halaman dan di sini terdapat petilasan ki Ageng Krincingwesi,
leuhur masyarakat Dusun Cetho.
Pada arsa ketiga
terdapat sebuah tatanan batu mendatar di permukaan tanah yang menggambarkan
kura raksasa, surya Majapahit (diduga lambang Majapahit), dan simbol Phallus
(penis, alat kelamin laki-laki) sepanjang 2 meter dilengkapi dengan hiasan
tindik (piercing) bertipe ampallang. Kura-kura adalah lambang penciptaan alam
semesta sedangkan penis merupakan simbol penciptaan manusia. Terdapat penggambaran
hewan-hewan lain, seperti; mimi, katak, dan ketam. Simbol-simbol hewan yang
ada, dapat dibaca sebagai surya sengkala berangka tahun 1373 Saka atau 1451 era
modern.
Pada arsa
selajutnya dapat ditemui jajaran batu pada dua dataran yang memuat relief
cuplikan kisah Sudhamala, seperti yang terdapat pula Candi Sukuh. Kisah ini
masih populer di kalangan masyarakat Jawa sebagai dasar upacara ruwatan dua
aras berikutnya memuat bangunan-bangunan pendapa yang mengapit jalan masuk
candi. Sampai saat ini pendapa-pendapa tersebut digunakan sebagai tempat
pelangsungan upacara-upacara keagamaan. Pada aras ke tujuh dapat ditemui dua
arca di sisi utara dan selatan. Di sisi utara merupakan arca Subdapalon dan di
selatan Nayagenggong, dua tokoh setengah mitos (banyak yang menganggap
sebetulnya keduanya adalah satu orang) yang diyakini sebagai abdi dan penasehat spiritual Sang Prabu
Brawijaya V dalam wujud Mahadewa. Pemujaan terhadap arca Phallus melambangkan
ungkapan syukur dalam pengharapan atas kesuburan yang melimpah atas bumi
setempat. Aras terakhir (kesembilan) adalah aras tertinggi sebagai tempat
pemanjatan doa. Di sini terdapat bangunan batu berbentuk kubus.
Di sebelah atas
bangunan Candi Cetho terdapat sebuah bangunan yang pada masa lalu digunakan
sebagai tempat membersihkan diri sebelum melaksanakan upacara ritual
peribadahan (patirtan). Di dekat bangunan candi, dengan menuruni lereng yang
terjal ditemukan lagi sebuah candi yang biasa disebut oleh masyaraka sekitar
sebagai Candi Kethek (Candi Kera).
B.
Candi
Sukuh
Candi Sukuh
adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang terletak di Kabupaten
Karanganyar, Eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan
sebagai sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni.
Candi ini digolongkan kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan
karena banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan seksualitas.
Candi Sukuh telah diusulkan ke UNESCO untuk menjadi salah satu Situs Warisan
Dunia sejak tahun 1995.
Situs Cansi
sukuh dialporkan pertama kali pada masa pemerintahan Britania Raya di tanah
Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Johnson kala itu ditugasi
oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data-data guan menulis bukunya The History of Java. Setelah masa pemerintahan
Britania Raya berlalu, pada tahun 1842, Van der Vlis, arkeolog Belanda,
melakukan penelitian. Pemugaran pertama dimulai pada tahun 1928.
Lokasi Candi
Sukuh terletak di lereng kaki Gunung Lawu pada ketinggian ±1.186 meter di atas
permukaan laut pada koordinat 07o37,38’ 85” Lingtang selatan dan 111o07, 52’65”
Bujur Barat. Candi ini terletak di Dukuh Berjo, Desa Sukuh, Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini berjarak ±20 KM dari
kota Karanganyar dan 36 KM dari Surakarta. Bila menggunakam Wikimpia.
Bangunan Candi
Sukuh memberikan kean kesederhanaan yang mencolok pada para pengunjung. Kesan
yang didapatkan dari candi ini sungguh
berbeda denga yanag di didapatkan dari candi-candi besar di Jawa Tengah lainnya
yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Bentuk bangunan candi Sukuh
cenderung mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peniggalan
budaya Inca di Peru. Struktur ini juga mengingatkan para pengunjung akan
bentuk-bentuk piramida di Mesir.
Kesan
kesederhanaan menerik perhaian arkeolog termashyur Belanda, W.F. Stutterheim,
pada tahun 1930. Ia mencoba menjelaskannya dengan memberikan tiga argumen.
Pertama, kemungkinan pemahat Candi Sukuh bukan seorang tukang batu melainkan
tukang kayu dari desa dan bukan dari kalangan keraton. Kuda candi dibuat
menjelang kerunuhannya Majapahit, sehingga tidak memungkinkan untuk membuat
candi yang besar dan megah.
Para pengunjung
yang memasuki pintu utama lalu memasuki gapura terbesar akan melihat arsitektur
khas bahwa ini tidak disusun tegak lurus namun agak miring, berbentuk trapesium
dengan atap di atasnya. Batu-batuan di candi ini berwarna agak kemerehan, sebab
batu-batu yang dipakai adalah jenis andesit.
Pada teras
pertama terdapat gapura utama. Pada gapura ini adal sebuah sanglaa dalam bahasa
Jawa berbunyi gapura Buta Abara Wong. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah
“Gapura sang raksasa memangsa manusia”. Kata-kata ini memliki makna 9,5,3, dan
1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1359 Saka atau tahun 1437 Masehi.
Gapura pada teras
kedua sudah rusak. Di kanan dan kiri yang biasanya terdapat patung penjaga
pintu atau Dwarapala, didapati pula, namun dalam keadaan rusak dn sudah tidk
jelas bentuknya lagi. Gapura sudah tidak beratap dan pada teras ini tidak
dijumpai banyak patung-patung. Namun, pada gapura ini terdapat sebuah
Candrasangkala pula dalam bahasa Jawa yang berbunyi Gajah Wiku Anahut Buntut.
Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gajah Pendeta Menggigit Ekor”. Kata-kata
ini memiliki makna 8,7,3, dan 1. Jika dibalik maka akan mendapat tahu 1378 atau
tahun 1456 Masehi. Jadi jika bilangan ini benar, maka ada selisih hampir 20
tahun dengan gapura di teras pertama.
Pada teras
ketiga ini terdapat palataran besar dengan candi induk dan beberapa relief di
sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan. Jika para penngujung ingin mendatangi candi induk yang suci ini,
maka batuan yang berundak relatif lebih tinggi daripada batu berundak
sebelumnya harus dilalui. Selain it lorongnya juga sempit. Konon arsitektur ini
sengaja dibuat demikian. Sebab candi induk yaang mirip dengan bentuk vagina
ini, menurut beberapa pakar memang dibut untuk mengetes keperawan para gadis.
Menurut cerita, jika seorang gadis yang masih perawan mendakinya, maka selaput
daranya akan robek dan berdarah. Namun apabila ia tidak perawan lagi, maka
ketika melangkahi batu unduk ini, kain yang dipakainya akan robek dan terlepas.
Tepat di atas
candi utama bagian tengah terdapat bujur sangkar yang kelihatannya merupakan
tempat menaruh sesajian. Di sini terdapat bekas-bekas kemenyan, dupa. Dan hio
yang dibakar, sehingga terlihat masih sering dipergunakan untu bersembahyang.
Kemudian ada bagian kiri candi induk terdapat serangkaian relief-relief yang
merupakan mitologi utama Candi Sukuh dan telah diidentifikasi sebagai relief
cerita Kidung Sudamala. Urutan reliefny adalah sebagai berikut :
Relief
Pertama.
Di bagian kiri
dilukiskan sang Sahadewa atau Sadewa, saudara kembar Nakula dan merupakan yang
termuda dari para pandawa Lima. Kedua-duanya putra Prabu Pandu dari Dewi Madrim,
istri yang kedua. Madrim meninggal ketika Nakula dan Sedewa masih kecil dan
keduanya diasuh oelh Dewi Kunti, istri utama Prabu Pandu. Dewi Kunti lalu
mengasuh mereka bersama ketiga anaknya dari Pandu: Yudistira, Bima, dan Arjuna.
Relief ini menggambarkan Sadewa yang sedang berjongkok dan di ikuti oleh
seornag Punakawan ata pengiring. Berhadapan dengan Sadewa terlihat seorang
wanita yaitu Dewi Durga yang juga disertai seorang Punakawan.
Relief
Kedua.
Pada relief
kedua ini dipahat gambar Dewi Durga yang telah berubah menjadi seorang Raksasi
(rakasa wanita) yang berwajah mengerikan. Dua orang rakasasa mengerikan ;
Kalantaka dan Kalanjaya menyertai Batari Durga yang sedang murka dan mengancam
akan membunuh Sadewa. Kalantaka dan Kalanjaya adalah jelmaan bidarara yang
dikutuk karena tidak menghornati dewa
sehingga harus terlahir sebagai raksasa berwajah buruk. Sadewa terikat pada
pohon dan diancam dibunuh dengan pedang karena tidak mau membebaskan Durga.
Dibelakangnya terihat antara Semar. Terlihat wujud hantu yang melayang-layang
dan di atas pohon sebelah kanan ada dua ekor burung hantu. Lukisan mengerikan
ini kelihatannya ini merupakab lukisan di hutan serta Ganadmayu (Gandamayit)
tempat pembuangan para dewa yang di usir dari surga karena pelanggaran,
Relief
Ketiga.
Pada bagian ini
digambarkan bagaimana Sadewa bersama Punakawannya, Semar berhadapan pertapa
buta bernama Tambrapetra dan putrinya yeng bernama Ni Padapa Prangalas. Sadewa
akan menyembuhkannya dari kebutaannya.
Relief
Keempat.
Adegan sebuah
taman indah di mana sang Sadewa sedang bercengkrama dengan Tambrapetra dan
putrinya Ni Padapa serta Punakawan di pertapaan Prangalas. Tembrapetra
berterima kasih dan memberikan putrinya kepada Sadewa untuk dinikahinya.
Lukisan ini
merupakan adegan adu kekuatan Bima dengan kedua Raksasa Kalantaka dn Kalanjaya.
Bima dengan kekuatannya yag luar biasa sedang mengangkat kedua raksasa tersebut
untuk dibunuh dengan kuku pancanakanya.
Prasasti
Sukuh.
Lalu pada bagian
kana terdapat dua buah patung garuda yang merupakan bagian dari cerita
pencarian titra amerta (air kehidupan) yang terdapat dalam kitab Adiparwa,
kitab pertama Mahabrata. Pada bagian ekor sang Garuda terdapat sebuah
Parsasati.
Kemudian sebagai bagian dri kisah pencarian amerta
tersebut di bagian ini terdapat pula tiga patung kura-kura yang melambangkan
bumi dan penjelmaan dewa Wisnu. Bentuk
kura-kura ini merenyerupai meja dan ada kemungkinan memang di desain
sebagai tempat menaruh sesajian. Sebuah piramida yang puncaknya mengaduk-aduk
lautan mencari tirta amerta.
Selain candi
utama dan patung-patung kura-kura, garud, serta relife-relief, masih ditemukan
pula beberapa patung hewan berbentuk celeng (babi hutan) dan gajah berpelana.
Pada zaman dahulu para ksatria dan kaum bangsawan berwahana gajah.
Lalu ada pula banguna
berekief tapal kuda dengan dua sosok manusia di dalamnya, di sebelah kiri dan
kanan yang berhadapan satu sama lain. Ada yang berpendapat bahwa relief ini
melambangkan rahim seorang wanita dan sosok sebelah kiri melambangkan kejahatan
dan sosok sebelah kanan melambangkan kebajiakan. Namun hal ini belum begitu
jelas. Kemudian ad sebuah bangunan kecil di depan candi utama yang disebut
candu Pewara. Di bagian tengahnya, bangunan ini berlubang dan terdapat patung
kecil tanpa kepala. Patung ini oeleh beberapa kalangan masih dikeramatkan sebab
sering sekali diberi sesajian.
C.
Air
Terjun Jumog
Tiket masuk : Rp 3.000
Parkir Motor : Rp 2.000
Parkir Mobil : Rp 3.000
Homestay : Rp 50.000 - Rp 200.000
Jika anda melakukan perjalanan wisata ke Grojogan Sewu,
Tawangmangu, menyesal bila tidak mampir ke daerah Berjo, Ngargoyoso. Sebab di
sana ada sebuah obyek wisata yang tak kalah indah dengan Tawangmangu. Terkenal
dengan nama Air Terjun Jumog. Memang orang banyak yang tidak menyangka bahwa
Desa Berjo di Kecamatan Ngargoyoso itu memiliki pesona wisata yang eksotik dan
juga beragam.
Air Terjun Jumog berbeda dengan Grojogan Sewu di daerah Tawangmangu
karanganyar yang telah lebih dulu diikembangkan, Air Terjun Jumog tampak lebih
sederhana. Air terjunnya pun tidak terlalu tinggi sekitar 30 m, namun tetap
memancarkan keindahan khas wisata alam. Konon, setiap pukul sepuluh pagi,
muncul pelangi di air terjun ini. Air terjun ini dikenal masyarakat setempat
dengan nama The Lost Paradise (surga yang hilang).
Pengunjung dari luar kota, biasanya mengenali Karanganyar
dari Candi Sukuh atau Tawangmangu secara keseluruhan. Dari semua potensi yang
terdapat di Berjo, baru Candi Sukuh dan Air Terjun Jumog yang bisa dinikmati
secara nyaman oleh para wisatawan. Khusus untuk air terjun Jumog, Pemerintah
Desa Berjo memang memberikan perhatian khusus. Obyek itu sudah menjadi
kebanggaan warga Berjo karena dikelola secara mandiri oleh masyarakat setempat.
Berbeda dengan Grojogan Sewu di Kecamatan Tawangmangu yang
telah lebih dulu dikembangkan, air terjun Jumog tampak lebih sederhana. Air
terjunnya pun tidak terlalu tinggi, namun tetap memancarkan keindahan khas
wisata alam. Konon, setiap pukul 10.00, di sekitar air terjun yang dibuka sejak
tahun 2004 ini muncul pelangi. Tidak sulit mencapai air terjun Jumog. Rute yang
dapat diambil jika dari Surakarta, meluncur ke arah Tawangmangu. Di pertigaan
selepas Pasar Karangpandan, ambillah jalur ke kiri, ke arah Ngargoyoso. Jalur
ke kanan adalah jalur ke Tawangmangu. Karena dikelola secara swadaya oleh masyarakat,
tiket masuknya cukup murah, hanya tiga ribu rupiah saja per orang.
Fasilitas yang ditawarkan di tempat wisata ini cukup
lengkap. Di samping kita bisa menikmati indahnya air terjun yang dikelilingi
bukit dengan pepohonan hijau yang asri. Disediakan pula arena mainan dan kolam
renang anak-anak. Selain itu juga terdapat musala, kamar mandi, dan tempat
untuk mengisi perut. Terdapat penjual sate ayam dan sate kelinci khas daerah
ini. Debit air di air terjun ini tidak begitu deras.
Pengunjung bisa puas bermain air di tempat ini. Tentu saja,
airnya dingin khas pegunungan. Jangan lupa juga untuk membawa bekal makanan
serta minuman untuk mengembalikan stamina yang banyak terbuang untuk bermain
air dan berfoto-foto untuk mengabadikan momen bersama keluarga maupun orang
yang disayangi. Kamera digital tentunya juga menjadi syarat wajib barang bawaan
yang harus disiapkan jika akan pergi ke air terjun Jumog ini. Kalau ingin
bermalam, tidak usah khawatir. Tersedia homestay sekitar satu kilometer km dari
air terjun. Harga sewa mulai Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribuan.
D.
Air
Terjun Parang Ijo
Karanganyar
memang surganya wisata alam di Jawa Tengah. Bagaiamana tidak, ada banyak obyek
wisata di Kabupaten yang berada di lerangg Gunung Lawu ini. Setidaknya ada tiga
air terjun besar disini, selain Air Terjun Grojogan Sewu dan Jumog, ada satu
lagi air terjun yang sangat indah dan mudah dijangkau. Namanya Air Terjun
Parang Ijo yang terletak di lereng Gunung Lawu dan memiliki ketinggian sekitar
50 m. lokasi air terjun ini Kecamatan Ngargoyoso. Bisa dijangkau dengan
kendaraan roda dua maupun roda empat. Air terjun ini berjarak tempuh
sekitar 20 menit dari komplek wisata candi Cetho. Sedangkan jaraknya dari solo
sekitar 35 km, atau memakan waktu sekitar 1 jam perjalanan.
Pada tahun 1942
di sebuah dusun, ada sebuah pohon tua yang sangat besar dan didominasi warna
hijau. Pohon ini dianggap keramat karena tidak bisa ditebang.
Keberadaan pohon itu tidak lama, banjir besar (dikenal dengan nama Baru
Klinting oleh masyarakat sekitar) yang melanda daaerah tersebut mampu
menumbangkan pohon tersebut dan membawanya bersama derasnya arus. Akan
tetapi pohon tersebut tetap dapat berdiri tegak dan mendapat tempat baru,
dimana secara kebetulan menempati diantara tebing (parang), sehingga mempermudah
aliran air dari atas tebing menuju lembah melalui batangnya. Aliran air yang
terus menerus membuat pohon semakin hijau dengan tumbuhnya lumut-lumut.
Pada tahun 1982
banjir Baru Klinting kembali melanda daerah ini dan menerjang pohon diantara
parang itu. Hilangnya pohon menyebabkan aliran air yang awalnya melalui
batang pohon kini terjun ke bawah tanpa perantara membentuk air terjun yang
dikenal dengan nama Parang Ijo yang berarti berwarna hijau diantara 2
tebing.
Terletak di
Dusun Munggur, Desa Girimulyo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Peta dan Koordinat GPS:
7°37'16"S 111°7'59"E. Berjarak sekitar 2 km dari
pertigaan Nglorok. Dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi atau umum baik
roda dua atau empat dengan kondisi jalan cukup bagus. Dari pertigaan
Nglorok ambil belokan ke kiri, ke arah Candi Cetho. Selanjutnya ikutin
jalan hingga tiba di lokasi air terjun berada. Jalan menuju air terjun
ini cukup sempit, sangat susah bila ada dua kendaraan berpapasan, berliku dan
naik turun.
Bagi pengguna
kendaraan umum dari kota Solo naik bis jurusan Tawangmangu atau Matesih dan
turun di terminal Karang pandan. Lalu di terminal ini berganti dengan bis
kecil berwarna biru dengan trayek Karang Pandan - Ngargoyoso - Kerjo, turun di
pertigaan Nglorok dengan ongkos Rp 2.000,-. Perjalanan selanjutnya
menempuh jalan beraspal sejauh sekitar 1,9 km hingga tiba di pos pemungutan
restribusi.
Perjalanan ini
bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau naik ojek dengan tarif resmi dan
terjangkau. Tidak jauh dari pos retibusi tersebut terdapat sebuah
pertigaan yang menuju ke Air Terjun Jumog dan Candi Sukuh. Sedangkan kalau
belok kiri ke Candi Cetho dan Air Terjun Parang Ijo. Ambil belokan
kiri dan terus ikuti hingga tiba di lokasi air terjun.
Meski
perjalanannya terkesan sulit, yakinlah bahwa itu bakal terbayar. Air terjun ini
menawarkan pemandangan yang indah tidak kalah dengan air terjun lainnya di
Karanganyar. Selain keindahan air terjun, di sekitar lokasi ini juga terdapat
fasilitas lainnya. Antara lain gardu pandang dan sarana bermain untuk
anak-anak.
Lokasi wisata
ini juga sudah disempurnakan dengan adanya taman air dan kolam renang. Yang
ingin mandi, telah disediakan kamar mandi dan ruang ganti yang
bersih. Jangan khawatir jika lupa membawa bekal makanan. Di obyek wisata
air terjun Parang Ijo, menyediakan berbagai venue dengan berbagai menu makanan.
Tidak jauh dari
pos retibusi tersebut terdapat sebuah pertigaan yang kalau lurus menuju ke Air
Terjun Jumog dan Candi Sukuh, sedangkan kalau belok kiri ke Candi Cetho dan Air
Terjun Parang Ijo. Ambil belokan kiri dan terus ikuti hingga tiba di
lokasi air terjun berada.
Tiket masuk
adalah Rp 2500 per orang. Pengelolaan wisata air terjun ini dilakukan
oleh masyarakat sekitar. Sebelumnya membayar tiket restribusi masuk ke
kawasan wisata sebelum pertigaan Ngloros sebesar Rp 1000 bagi pengguna roda
dua. Fasilitas yang tersedia di lokasi ini adalah Menara atau Gardu Pandang,
area taman bermain, kolam renang dan juga warung penjaja makanan.
Daya tarik lain
lokasi wisata ini adlah adanya air terjun kecil (semacam rembesan air sepanjang
seiktar 20 meter dan tinggi 10 meter). Aliran ini nampak begitu indah saling
bersambung menjadi satu-kesatuan.
Dari kejauhan
nampak seperti kaca yang dialiro air. Kalau belum puas, silahkan berkeliling
menaiki seribuan tangga menuju bukit di atas air tejun. Dijamin anda akan
menyerah ditengah jalan. Namun jangan khawatir, anda sejenak melepas lelah di
salah satu gardu panjang sembari mengumpulkan tenaga. Sebenarnya dari bukit ini
kita bisa menikmati pemandangan di kawasan air terjun dan pemandangan luas kota
Karanganyar dan kota Solo, namun sayang rerimbunan pohon menghalangi sebagian
pandangan kita.
Apabila anda
belum puas menikmati wisata alam di Parang Ijo dan masih punya waktu, saya
sarankan anda melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Jumog yang lokasi tidak
begitu jauh dari lokasi ini. Atau bisa ke Candi Sukuh yang jaraknya hanya 3 km
dari Jumog. Bisa juga ke Candi Cetho. Kalau anda ingin bergaya seperti foto pre
wedding, silahkan ke perkebunan teh Kemuning. Dijamin anda akan medapatkan foto
dengan pemandangan yang indah.
E.
Sapta
Tirta Pablengan
Objek wisata Sapta Tirta di Desa Pablengan, Kecamatan Matesih,
Kabupaten Karanganyar, tidak berkelebihan jika dikatakan sebagai salah satu
keajaiban alam di bumi Indonesia. Sapta Tirta, sapta artinya tujuh, tirta
artinya air. Sapta Tirta maksudnya, tujuh mata air. Uniknya, tujuh mata air
tersebut berkumpul di satu areal sekitar 2 hektar. Jarak satu mata air yang
satu dengan mata air yang lain, paling dekat kurang lebih 5 meter, paling jauh
kira-kira 15 meter. Ke-7 mata air tersebut mengeluarkan air yang kandungan
mineralnya satu sama lain berbeda.
Objek wisata alam ini terletak di jalan raya yang menghubungkan
Karangpandan dan Astana (= makam raja) Mangadeg Girilayu. Jarak Sapta Tirta
dengan Kota Karanganyar, ibukota Kabupaten Karanganyar, sekitar 20 km. Objek
wisata ini terletak di kaki Gunung Lawu berhawa sejuk, dengan latar belakang
hutan pinus Argotiloso.
“Sapta Tirta ini mempunyai kaitan erat dengan sejarah perjuangan Pangeran Raden Mas Said melawan VOC, tahun 1741 sampai 1757″, kata Sugeng, 32 tahun, salah seorang pengelola Sapta Tirta.
“Sapta Tirta ini mempunyai kaitan erat dengan sejarah perjuangan Pangeran Raden Mas Said melawan VOC, tahun 1741 sampai 1757″, kata Sugeng, 32 tahun, salah seorang pengelola Sapta Tirta.
Dulu lokasi ini bekas benteng pertahanan Pangeran Raden Mas Said,
yang karena saktinya, beliau mendapat julukan Pangeran Sambernyawa. VOC memang
berhasil menduduki benteng itu. Lalu benteng diobrak-abrik rata dengan tanah.
Tetapi Sapta Tirta tidak terusik sampai sekarang. Pangeran Sambernyawa mundur,
tetapi terus gigih melawan pasukan tentara VOC. Sampai akhhirnya VOC kuwalahan
menghadapi gerilya Pangeran Sambernyawa dan para pengikutnya.
Tanggal 17 Maret 1757 perlawanan Pangeran Sambernyawa berhenti.
Tanggal itu terjadi perdamaian dan perjanjian, dihadiri oleh Raja Surakarta
Hadiningrat Pakubuwana ke-III, Sultan Jogja, VOC, dan Pangeran Sambernyawa.
Hasilnya, Pangeran Sambernyawa mendapat daerah otonomi atau Praja
Mangkunegaran, dan beliau mendapat sebutan Kanjeng Gusti Pangeran Ario Adipati
(KGPAA) Mangkunegara I.
Salah satu peninggalan Pangeran Sambernyawa adalah tempat semedi
(=tafakur). Tempat tersebut berpagar besi, luasnya sekira 2 meter persegi.
Tempat keramat tersebut tertulis kaligrafi huruf Jawa: ega. “Kepanjangan huruf
ega adalah Eyang Gusti Aji alias Pangeran Sambernyawa, yang nama kecilnya Raden
Mas Sahid.
Bila masuk kompleks ini, sebaiknya berlaku santun. Karena tempat ini
peninggalan bangsawan sakti. Misalnya, jangan seenaknya buang air kecil di
sini. Gunakan adab yang santun dan jauhi perilaku yang tak beradab.
Sebenarnya ada 8 sumber, yaitu sumber air tawar. Tetapi letaknya di
bukit, di atas, tak jauh dari kompleks Sapta Tirta. Di kompleks ini disediakan
mushola. Bangunan kuno yang lain, selain tempat semedi, adalah Pemandian
Keputren. Dulu memang tempat mandi para puteri. Tempat ini juga keramat. Orang
tidak boleh berlaku sembarangan. Kalau mau masuk atau mandi, harus seijin
pengelola. Orang yang hendak berziarah ke makam raja-raja di Astana Mangadeg
Giribangun, biasanya mandi dulu di Pemandian Keputren dan mohon ijin Pangeran
Sambernyawa di petak semedi.
Sebuah
fenomena alam yang biasa terjadi di sebuah gunung berapi, tetapi yang membuat
beda di tempat ini adalah terdapat tujuh buah sumber mata air yang berbeda,
yaitu: air bleng, air mati, air hidup, air urus-urus, air kasekten, air soda
dan air tenang dan masing-masing sumber mata air mempunyai rasa dan kasiat yang
berbeda.
Dengan
luas area sekitar tujuh hektar dan fasilitas tempat pemandian pribadi,
wisatawan dapat menikmati kehangatan air Sapta Tirta Pablengan. Dengan sejarah
keberadaannya yang sangat erat dengan Pangeran Sambar Nyawa, tempat ini juga
memiliki sisi spiritual yang sangat bernilai.
Obyek wisata pemandian air hangat Sapta Tirta yang
juga digadhang-gadhang menjadi andalan pariwisata Karanganyar, adalah salah
satu obyek wisata yang belum begitu populer. Kini, obyek wisata itu mulai
berbenah diri. Direncanakan, di sana akan dibangun arena bermain, flyingfox
serta fasilitas kolam renang di kompleks wisata yang terletak di Desa
Pablengan, Matesih, Karanganyar itu.
Menurut catatan sejarah merupakan pemandian bersejarah peninggalan
masa kerajaan Mangkunegaran Surakarta dan di dalam kompleks ini terdapat
banguan sakral berupa pemandian terbuak yang memilki 6 kamar mandi. Hingga kini
pemandian Sapta Tirta masih tetap ramai dikunjungi terutama mereka yang akan
melkukan hajat tradisi ke makam raja-raja maupun petilasan leluhur.
Air di pemandian Sapta Tirta Diyakini air yang kaya
mineral dari sumber Sapta Tirta berkhasiat mengobati berbagai jenis penyakit.
Obyek ini dinamakan Sapta Tirta karena di sini terdapat tujuh buah sumber air
dengan nama yang berbeda-beda. Pertama, Sumber
Air Bleng yang airnya digunakan sebagai bahan pembuatan karak atau kerupuk.
Kedua, Sumber Air Kasekten, airnya
dipercaya dapat menambah kekuatan dan mensucikan badan. Ketiga, Sumber Air Mati yang dianggap unik sebab
airnya selalu tetap, tidak bertambah dan tidak berkurang, namun konon air dari
sumber ini tidak boleh digunakan untuk mandi, cuci muka apalagi diminum.
Keempat adalah Sumber
Air Urus-Urus yang airnya digunakan untuk memperlancar buang air besar atau
obat pencuci perut. Kelima, Sumber Air
Hangat, airnya dipercaya dapat menyucikan badan sekaligus untuk mengobati
berbagai penyakit kulit, gatal-gatal, dan rematik. Keenam Sumber Air Hidup yang airnya dipakai untuk membasuh muka agar
seseorang awet muda dan tampak cantik penampilannya, Sedangkan ketujuh Sumber Air Soda, yang airnya berasa soda
alami dan bisa menyembuhkan berbagai penyakit dalam seperti ginjal, TBC, liver
serta gula.
Pemandian Sapta Tirta merupakan sumber air yang
mengandung zat belerang, zat besi dan zat-zat lain yang bermanfaat untuk
menyembuhkan penyakit kulit dan rematik,
Obyek wisata ini berjarak 17 km ke arah timur dari pusat Kota Karanganyar. Akses ke lokasi ini relatif mudah karena dapat ditempuh dengan bis umum mengingat letaknya persis di tepi jalan raya Karangpandan–Matesih. Menurut sejarah, pemandian air hangat ini dibangun Mangkunegara VI sebagai tempat untuk tetirah trah Mangkunegaran. Selain untuk itu juga digunakan tempat meditasi kerabat Mangkunegaran untuk mengusir kepenatan.
Obyek wisata ini berjarak 17 km ke arah timur dari pusat Kota Karanganyar. Akses ke lokasi ini relatif mudah karena dapat ditempuh dengan bis umum mengingat letaknya persis di tepi jalan raya Karangpandan–Matesih. Menurut sejarah, pemandian air hangat ini dibangun Mangkunegara VI sebagai tempat untuk tetirah trah Mangkunegaran. Selain untuk itu juga digunakan tempat meditasi kerabat Mangkunegaran untuk mengusir kepenatan.
Itulah Sapta Tirta, salah satu wisata alam yang
“ajaib”. Saat ini, Sapta Tirta terus dibangun dan dikembangkan, disesuaikan
dengan selera konsumennya. Misalnya ditambah dengan panggung terbuka dan flyng
fox buat meluncur dari atas bukit. Suatu permainan baru yang banyak digemari
kaum remaja.
Menurut Sugeng, jumlah pengunjung mencapai puncaknya
pada saat 1 Suro (1 Muharam) malam. Pada saat itu jumlah pengunjung bisa
mencapai ratusan. Mereka banyak yang bermalam di kompleks ini sampai dini hari.
Oleh sebab itu, sekarang telah disediakan panggung terbuka untuk menyajikan
hiburan. Jenisnya pagelaran wayang kulit semalam suntuk, atau sendra tari, atau
hiburan lain yang bersifat seni klasik.
Sapta Tirta buka mulai pukul 8 pagi sampai sore
hari. Tetapi bagi mereka yang datang setiap waktu, misalnya malam hari,
pengelola selalu siap melayani. Perlu diketahui, kompleks ini sering dijadikan
“menyepi dan semedi” di kala malam hari. Pengunjung tidak hanya dari Pulau
Jawa, tetapi juga ada yang datang dari luar Jawa. Bahkan, ada yang datang dari
manca negara, tetapi umumnya, mereka dari suku Jawa. Atau masih keturunan, atau
“trah” KGPAA Mangkunegara I alias Pangeran Sambernyawa.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Komunikasi (K3)
atau magang di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar selama satu
bulan sejak tanggal 20 Februari 2012 sampai dengan 20 Maret 2012. Ada beberapa
kegiatan yang dilakukan oelh penulis selama melaksanakan magang di Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar antara lain; menerima tamu,
mengagendakan dokumen, menyusun dokumen penting, menyusun brosur publikasi
obyek wisata Kabupaten Kanganyar, mengikuti apel pagi, memfotokopi dokumen dan
melakukan magang praktek langsung ke obyek-obyek.
Obyek-obyek wisata Kabupaten Karanganyar yang
ditunjuk DISPARBUD untuk penulis melakukan magang praktek, keadaannya sungguh
memperihatinkan dan kurang terawat sehingga dalam sati haripun pengunjung yang
datang tidak sampai 100 pengujung. Ini merupakan tugas bagi DISPARBUD maupun
masyarakat setempat agar merehabilitasi tempat wisata yang kurang layak untuk
dikunjungi serta berperan aktif dalam upaya pemasaran obyek wisata tersebut.
B.
Saran
õ Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar
a) Untuk
mencapai misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Karanganyar, dalam meningkatkan
citra tempat wisata Karanganyar kantor harus memahami strategi pemasaran yang
sesuai perencanaan, sehingga dapat menarik minat wisatawan.
b) Untuk
mendukung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Karanganyar dalam mengembangkan tempat wisata yang di
Kabupaten Karanganyar, kantor harus menciptakan hubungan yang baik dengan
berbagai sektor meliputi biro perjalanan wisata, hotel, rumah makan, villa,
dll.
c) Semua
pegawai harus lebih meningkatkan kinerja dan kemampuan berbahasa asing dan
upaya dalam melakukan promosi obyek wisata yang ada di Kabupaten Karanganyar.
õ Publik
a) Mendukung
upaya pemerintah daerah Karangayar mulai dari masyarakat daerah setempat maupun
wisatawan harus menjaga lingkungan wisata.
b) Menyimpan
semua nilai karakteristik pariwisata Kabupaten Karanganyar, masyarakat
Karanganyar harus mengambil bagian dalam pariwisata yang diselanggarakan oleh
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Karanganyar.