Rabu, 02 Mei 2012

laporan magang diparbud


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Kuliah Kerja Komunikasi
Pada era globalisasi dan berkembangnya pasar bebas, serta semakin pesatnya teknologi dan ilmu pengetahuan, maka untuk setiap individu dituntut mampu bersaing dan berkompetisi dalam semua bidang yang ada guna bentuk alternatif dalam menanggapi kemajuan dunia kerja. Kuliah kerja komunikasi (K3) merupakan salah satu mata kuliah yang wajib tempuh bagi Mahasiswa program studi ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo (Univet Bantara).
Hal ini merupakan upaya untuk mempersiapkan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Univet Bantara Sukoharjo untuk lebih berpengalaman dengan cara menerapkan dan mempratekkan teori-teori yang diperoleh selama berlangsungnya perkuliahan yang tidak lepas dari pengalaman Tri Dharma Perguruan Tinggi yang telah ada ke dalam dunia kerja yang lebih nyata.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (DISPARBUD) Karanganyar  merupakan salah satu lembaga atau bentuk dunia kerja yang sesuai dengan Program Studi Ilmu Komunikasi. Oleh karena itu peserta Kuliah Kerja Komunikasi atau mahasiswa magang memilih DISPARBUD Karanganyar sebagai lokasi mahasiswa magang untuk mempratekkan teori-teori komunikasi yang selama ini diperoleh ada masa perkuliahan.
Selain itu DISPARBUD Karanganyar juga mempunyai visi dan misi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam bidang kepariwisataan. Hal tersebut terbukti dengan adanya program kerja yang memberikan kesempatan bekerjasama dengan dunia pendidikan seperti Univet Bantara Sukoharjo untuk melakukan Kuliah Kerja Komunikasi (magang).

B.     Tujuan Kuliah Krja Komunikasi
1.    Mempratekkan teori-teori yang dperoleh selama masa perkuliahan dengan dunia kerja yang nyata.
2.    Memenuhi kurikulum mata kuliah wajib tempuh semester VII Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Univet Bantara Sukoharjo.
3.    Meningkatkan kualitas dan kemampuan mahasiswa dalam hal keterampilan sistem, cara, dan mekanisme kerja yang berlaku di dunia kerja atau lokasi magang.

C.    Manfaat Kuliah Kerja Komunikasi
1.    Mahasiswa magang mengetahui dan memperoleh keterampilan langsung tentang sistem, cara, dan mekanisme kerja yang digunakan oleh DISPARBUD Karanganyar sebagai lokasi magang.
2.    Mahasiswa magang memperoleh informasi langsung dalam megelola sistem informasi pariwisata yang berlaku di DISPABUD Karanganyar.
3.    Mahasiswa mengetahui bagaimana DISPABUD Karanganyar khususnya bidang Pemasaran wisata melakukan pemasaran atau promosi wisata yang ada di Kabupaten Karanganyar untuk setiap tahun pada wisatawan manca negara atau wisatawan lokal.

D.    Waktu dan Tempat Kuliah Kerja Komunikasi
Kuliah Kerja Komunikasi atau magang ini dilaksanakan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Univet Bantara Sukoharjo pada semester VII (Tujuh) selama 1 bulan. Sejak tanggal 20 Februari 2012 sampai dengan 20 Maret 2012. Bertempat di kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (DISPARBUD) Karanganyar, Kompleks Perkantoran Kelurahan Cangakan Telp (0271) 495439, Kode Pos 57712. Kegiatan magang berlangsung dari hari Senin-Sabtu pukul 07.30-13.00 WIB.



 BAB II
KEBERADAAN KANTOR

A.    Letak Geografis Karanganyar
Kabupaten Karanganyar terletak di sebelah barat lereng Gunung Lawu, Jawa Tengah, pada posisi 110o 40’ – 110o 70Bujur Timur dan 7o 28’ – 7o 46’ Lintang Selatan, beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata 22oC – 31oC. batas wilayah Kabupaten Karanganyar dengan daerah lain adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara       : Kabupaten Sragen
Sebelah Timur      : Provinsi Jawa Timur
Sebelah Selatan    : Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat       : Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali
Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,6374 hektar, yang terbagi dalam 17 wilayah Kecamatan dan 177 wilayah Pemeritahan Desa/Kelurahan. Wilayah Kabupaten Karanganyar terletak di Jawa Tengah bagian timur, apabila dicermati posisi kawasan wisata Gunung Lawu sangatlah strategis bagi kepentingan pengembangan pariwisata Jawa Tengah bagian tenggara dan pengembangan lintas Provinsi Jawa Tengah-Jawa Timur.

B.     Sejarah Berdirinya Kabupaten Karanganyar
Pada mulanya Karanganyar merupakan dukuh kecil pada tahun 1745 Masehi tepatnya pada tanggal 16 Maulud 1670 Hijriah atau tanggal 19 April 1745 Masehi. Pencetus pertama nama Karanganyar ialah R.M. Said atau Pangeran Sambernyawa yang nanti akan dikenal sebagai Sri Mangkunegoro I. Asal mula/ cikal bakal nama Karanganyar berasal dari Raden Ayu Diponegoro atau Nyi Dipo alias Nyi Ageng Karang, yang mempunyai nama kecil R.A. Sulbiyah. Pada waktu itu Karanganyar menjadi dukuh kecil (Badran Baru) yang termasuk dalam wilayah Kasunanan Surakarta, dan pemegang pimpinan Swapraja Kasunanan Surakarta ialah Sri Sunan Paku Buwono II.
Setelah adanya perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755 Masehi yang membagi Bumi Mataram menjadi 2 Kerajaan (Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta), maka dukuh Karanganyar yang masi kecil dan terketak di Sukowati Selatan berubah menjadi masuk ke dalam wilayah Kasultanan Yogyakarta. Hal tersebut terjadi karena di dalam Perjanjian Giyanti menyebutkan bahwa seluruh tanah Sukowati menjadi tanah Kasultanan Yogyakarta yang pada waktu di pimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I/Pangeran Mangkubumi (1755-1792 Masehi).
Pada tahun 1847 Masehi Sri Mangkunegoro III (Pimpinan Swaparja Mangkunegaran tahun 1835-1853 Masehi) mengadakan tatana baru. Analogi peraturan yang berlaku di Kasunanan Surakarta ialah Staatblah M No. 30 yang mulai berkaku pada tanggal 5 Juli 1847 Masehi. Salah satu peraturan di dalamnya menyatakan bahwa Karanganyar merupakan salah satu wilayah Swapraja Mangkunegaran dengan Onderregentschap diubah menjadi Regentschap (Kabupaten) pada Sri Mangkunegoro VII memegang pimpinan Swapraja Mangkunegaran (1916-1944 Masehi) pada tanggal 20 November 1917 Masehi. Dengan demikian tanggal 20 November 1917 Masehi Karanganyar menjadi Kabupaten Karanganyar dengan nama Ibukota Karanganyar.
Nama karanganyar sendiri mempunyai maksud sebagai berikut :
Ka
:
Kawibawan yang dicita-cita (kawibawan ingkan dipun  gayuh).
Rang
:
Rangkapannya lahir batin, pulung dan wahyunya telah turun (rangkepanipun lahir batin, pulung, lan wahyuning sampun tumurun).
Anyar
:
Akan menerima perjanjian baru, diangkat menjadi Mangkunegoro I

Namun, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 1998 tentang Hari Jadi Kabupaten Karanganyar, telah ditetapkan tanggal 18 November 1917 sebagai Hari Jadi Kabupaten Karanganyar, dan diperingati setiap tahunnya oleh segenap masyarakat Kabupaten Karanganyar di manapun berada.

C.    Visi dan Misi Karanganyar
1.      Visi
Karanganyar sebagai daerah yang maju, adil, makmur, berketahanan dan mandiri, dalam suasana tentram, dengan industri, pertanian dan pariwisata yang handal, didukung oleh masyarakat yang sehat jasmani dan rohani, berbudi luhur, demokratis, bersatu padu serta berkepribadian bangsa.
2.      Misi
õ  Menjadikan Kabupaten Karanganyar sebagai daerah industri, baik industri menengah maupun industri kecil yang maju.
õ  Menjadikan Kabupaten Karanganyar sebagai daerah pertanian yang berwawasan agrobisnis dan agroindustri dengan mengembangkan produk unggulan yang kompetitif.
õ  Menjadikan Kabupaten Karanganyar sebagai daerah tujuan wisata utama di Jawa Tengah yang menarik wisman dan wisnus.
õ  Menjadikan Kabupaten Karangayar sebagai pusat Pendidikan dan Pengembangan SDM yang menguasai Iptek, berjiwa Imtaq, berkepribadian bangsa dan berwawasan kedepan.
õ  Menjadikan masyarakat Kabupaten Karanganyar sejahtera lahir dan batin.
õ  Mengembangkan sistem informasi yang selalu disesuaikan dengan perkembangan sarana telekomunikasi dan komunikasi sebagai media promosi yang efektif bagi potensi dan perkembangan daerah Kabupaten Karanganyar.
õ  Meningkatkan upaya pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).


BAB III
PROFIL DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN (DISPARBUD) KARANGANYAR

A.    Sejarah Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (DISPARBUD) Karanganyar
Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (DISPARBUD) Karanganyar merupakan salah satu unsur pelaksanaan  kewenangan  Pemda dalam bidang kepariwisataan. DISPARBUD Kabupaten Karanganyar dibentuk tahun 1987 berdasarkan  Peraturan Daerah No. 2 tahun 1987. Perda tersebut dibuat berdasarkan Keputusan Gubernur Jateng No. 556/82/1986 tetang petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jateng No. 7 tahun 1984 tentang penyerahan sebagian urusan Pemda Kabupaten Karanganyar, maka untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan yang menyangkut kepariwisataan Kabupaten Karanganyar perlu dibentuk suatu Dinas yang mengurus masalah tersebut, maka dibentuklah Dinas Pariwisata.
Kabupaten Karanganyar yang mempunyai potensi pariwisata yang cukup potensial, menurut Dinas Pariwisata mampu menjalan  tugas dan fungsinya dalam menggali  dan mengembangkan potensi yang ada. Hal penting dalam pengembangan bidang kepariwisataan adalah memelihara dan melestarikan lokasi-lokasi wisata agar tetap utuh dan memberi daya tarik bagi wisatawan.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Karanganyar. Secara rinci tugas pokok dan fungsi serta wewenangnya diatur dalam Peraturan Bupati Karanganyar Nomor  75 Tahun 2009.
Berdasarkan Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 75 Tahun 2009 tentang Uraian tugas dan fungsi jabatan struktural pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, Bab II pasal 2 tentang susunan organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar.



B.     Struktur Organisasi Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (DISPARBUD) Karanganyar
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (DISPARBUD) Karanganyar mempuyai susunan struktur organisasi yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang bertanggung jawab penuh atas program kerja Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (DISPARBUD) Kabupaten Karanganyar dan pengelolaan obyek wisata di Kabupaten Karanganyar. Adapun susunan dan tugas-tugasnnya adalah sebagai berikut :
UPT
 
 

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Karanganyar Kabupaten Karanganyar
Kepegawaian :
1.      Jumlah Pegawai
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar memiliki 57 orang pegawai, 48 orang yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 9 orang berstatus Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
2.      Kualifikasi Pendidikan
*      Sarjana Strata 2           :  11 orang
*      Sarjana Strata 1           :  16 orang
*      Sarjana Muda              :  11 orang
*      SLTA                          :  17 orang
*      SLTP                           :   1  orang
*      SD                               :    1 orang
3.      Pangkat dan Golongan
*      Golongan IV               :    9 orang
*      Golongan III               :  29 orang
*      Golongan II                :  18 orang
*      Golongan I                  :    1 orang
4.      Jumlah Pejabat Struktural
*      Esselon II                    : 1 orang
*      Esselon III                  : 4 orang
*      Esselon IV                  : 10 orang

C.    Sistem dan Prosedur Kerja Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (DISPARBUD) Karanganyar
1.      Kepala Dinas
õ Membantu Bupati dalam melaksanaakan tugas otonomi di bidang pariwisata, Kebudayaan dan promosi atau pemasaran.
õ Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian di bidang pariwisata, kebudayaan dan promosi atau pemasaran.
õ Melaksanakan kegiatan operasional, pemberian bimbingan, pembinaan dan pemberian rekomendasi perizinan sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan Bupati berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.
õ Penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama kemitraan dengan pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan dan pemberdayaan pariwisata dan kebudayaan.
õ Pelaksanaan tugas yang diberikan Bupati dan Sekda sesuai dengan bidang tugasnya.
õ Melaporkan dan mempertanggung jawabkan atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Bupati melalui Sekda sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.      Sekretariat
õ Menyelenggarakan urusan umum, keuangan, pembudayaan pegawai dan organisasi.
õ Perencanaan kebutuhan internal dana administrasi.
õ Melaksanakan penegakan disiplin dan pembinaan kesejahteraan pegawai.
õ Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepadan KTU sesuai dengan ketentuan.
Sekretariat  mempunyai beberapa sub bagian antara lain :
õ Sub bagian perencanaan
Kepala sub bagian perencanaan mempuyai tugas pokok untuk mengumpulkan dan mengolah data, mengkoordinasikan rencana kegiatan dinas, mengevaluasi, menganalisis, menyusun laporan dan hasil-hasil yang dicapai dan melaksanakan urusan hukum organisasi dan hasil-hasil yag dicapai dan melaksanakan urusan hukum organisasi dan tata laksana.

õ Sub bagian umum
Kepala sub bagian umum mempunyai tugas pokok untuk melakukan urusan surat menyurat, pengarsipan, perlengkapan, serta penyelenggaraan administrasi dan pembinaan kepegawaian.




õ Sub bagian keuangan
Kepala sub bagian keuangan mempunyai tugas pokok untuk melakukan perencanaan anggaran pembiayaan, pengelolaan, pertanggung jawaban dan administrasi keuangan.

3.      Kepala Bidang Pemasaran
õ Membantu kepala dinas dalam bidang pembinaan dan pengembangan promosi dan kebudayaan.
õ Menyusun dan menyempurnakan ketentuan-ketentuan kewenangan daerah untuk melaksanakan tugas-tugas dinas, rencanaan jangka menengah dan tahunan di bidang promosi.
õ Melaksanakan pembinaan dan penyelenggaraan promosi wisata dan kebudayaan.
õ Melaksanakan pengkajian pasar wisata sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
õ Melaksanakan koordinasi dan kerjasama evaluasi kegiatan sadar wisata, sadar budaya.

4.      Kepala Bidang Obyek Sarana dan Prasarana
õ Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan obyek, sarana interaksi, jasa pariwisata dan aneka fasilitas.
õ Melaksanakan, mengkoordinir dan mengendalikan pembangunan jangka menegah dan tahunan dinas yang berkaitan dengan pengembangan obyek, sarana, dan atraksi wisata.
õ Melaksanakana kegaiatan yang behubunga dengan pengadaan tenaga prasarana wisata.
õ Melaksanakan koordinasi , kerjasama dan evaluasi dan penyelanggaraan atau pengadaan bahan-bahan tenaga dan prasara wisata dan budaya sesuai ketentuan.
õ Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas kepada kepala dinas.



5.      Kepala Bidang Kebudayaan
õ Membantu kepala dinas untuk merencanakan, mengkoordinir, membina, mengembangkan  dan melaksanakan kebudyaan dan seni purbakala.
õ Menyusun dan menyempurnakan standar kewenangan daerah Kabupaten Karanganyar atau melaksanakan tugas-tugas dinas serta rencana jangka menengah dan tahunan di bidang kebudayaan.
õ Pelaksanaan, pembinaan, pengendalian dokumentasi, registrasi, publikasi, perlengkapan, pemeliharaan dan pemanfaatan kebudayaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
õ Menyiapkan bahan pembinaan penyelenggaraan seni, budaya dan pelestarian benda-benda purbakala.
õ Menyelenggarakan kerjasama di bidang sejarah dan benda-benda purbakala.

D.    Visi dan Misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Karanganyar
1.    Visi Karanganyar
“ Menjadikan Kabupaten Karanganyar sebagai Daerah Tujuan Utama Wisata Tahun 2013 :”
2.    Misi Karanganyar
a)      Meningkatkan pengelolaan daya tarik wisata secara profesional yang berwawasan lingkungan.
b)      Menjadikan Pariwisata sebagai andalan untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran sekaligus sebagai sumber pendapatan daerah yang signifikan untuk lima tahun ke depan.
c)      Meningkatkan dan mengembangkan manajemen promosi Pariwisata.
d)     Meningkatkan pelayanan kepada wisatawan.
e)      Meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam bidang Pariwisata, Seni dan Budaya.
f)       Melestarikan dan mengembangkan Seni dan Kebudayaan Daerah.
di bidang Kepariwisataan.


E.     Ruang Lingkup Magang
Dalam melaksanakan Kuliah Kerja Komunikasi (K3) atau magang di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (DISPARBUD) Karanganyar Kabupaten Karanganyar, hal-hal yang merupakan menjadi tugas atau kegiatan saya selama melaksanakan magang atau K3 antara lain :
®         Menerima dan melayani tamu.
®         Mengagendakan surat masuk dan surat keluar.
®         Menyusun dokumen-dokumen penting.
®         Mengetik undangan yang disusun oleh DISPARBUD.
®         Membantu pegawai DISPARBUD dalam bentk administrasi.
®         Mengetik surat-surat aset tetap DISPARBUD.
®         Mengikuti apel pagi.
®         Memfotokopi surat-surat.
®         Melakukan praktek langsung ke obyek-obyek di Kabupaten Karanganyar.


BAB IV
OBYEK WISATA KARANGANYAR

A.    Candi Cetho
Candi Cetho (ejaan bahasa Jawa Cetha) merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu peinggalan masa akhir pemerintahan Majapahit (abad ke-15). Laporan pertama mengenai candi ini dibuat oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet juga melakukan penelitian mengenai candi tersebut. Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan rekontruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda. Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh. Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian 1400 m di atas permukaan laut.
Sampai saat ini, komplekss candi digunakan oleh penduduk setempat yang beragama Hindu sebagai tempat pemujaan dan populer sebagai tempat pertapaan bagi kalangan penganut agama asli Jawa/Kejawen.
Ketika ditemukan keadaan candi ini merupakan reruntuhan batu pada empat belas datarana bertingkat, memanjang dari barat (paling rendah) ke timur, meskipun pada saat ini tinggal 13 teras, dan pemugaran dilakukan pada sembila teras saja. Strukturnya yang berteras-teras membuat munculnya dugaan akan kebangkitan kembali kultur asli (punden berundak) pada masa itu, yang disintesis dengan agama Hindu. Dugaan ini diperkuat dengan bentuk tubuh pada relief seperti wanyang kulit, yang mirip dengan penggambaran di Candi Sukuh.
Pemugaran yang dilakukan oleh Humardani, asisten pribadi Suharto, pada akhir 1970-an mengubah banyak struktur asli candi meskipun konsep punden berundak tetap dipertahankan. Pemugaran ini banyak dikritik oelh pakar arkeologi. Mengingat baha pemugaran situs purbakala tidak dapat dilakukan tanpa studi mendalam. Banguan baru hasil pemugaran adalah gapura megah di muka, bangunan-bangunan dari kayu tempat pertapaan, atun sabdapalon, Nayagenggong Brawijaya V, serta Phallus, dan bangunan kubus pada bagian puncak punden.
Selanjutnya, Bupati Karanganyar, Rina Iriani, dengan alasan untuk meyemarakan gairah keberagaman di sekitar candi, menempatkan arca Dewi Saraswati, sumbangan dari Kabupaten Gianyar, pada bagian timur kompleks camdi.
Pada keadaannya yang sekarang, Candi Cetho terdiri dari sembilan tingakatan berundak. Sebelum gapura besar berbentuk candi bentar, pengunjung mendapati dua pasang arca penjaga. Aras pertama setelah pertama masuk merupakan halaman candi. Aras kedua measih berupa halaman dan di sini terdapat petilasan ki Ageng Krincingwesi, leuhur masyarakat Dusun Cetho.
Pada arsa ketiga terdapat sebuah tatanan batu mendatar di permukaan tanah yang menggambarkan kura raksasa, surya Majapahit (diduga lambang Majapahit), dan simbol Phallus (penis, alat kelamin laki-laki) sepanjang 2 meter dilengkapi dengan hiasan tindik (piercing) bertipe ampallang. Kura-kura adalah lambang penciptaan alam semesta sedangkan penis merupakan simbol penciptaan manusia. Terdapat penggambaran hewan-hewan lain, seperti; mimi, katak, dan ketam. Simbol-simbol hewan yang ada, dapat dibaca sebagai surya sengkala berangka tahun 1373 Saka atau 1451 era modern.
Pada arsa selajutnya dapat ditemui jajaran batu pada dua dataran yang memuat relief cuplikan kisah Sudhamala, seperti yang terdapat pula Candi Sukuh. Kisah ini masih populer di kalangan masyarakat Jawa sebagai dasar upacara ruwatan dua aras berikutnya memuat bangunan-bangunan pendapa yang mengapit jalan masuk candi. Sampai saat ini pendapa-pendapa tersebut digunakan sebagai tempat pelangsungan upacara-upacara keagamaan. Pada aras ke tujuh dapat ditemui dua arca di sisi utara dan selatan. Di sisi utara merupakan arca Subdapalon dan di selatan Nayagenggong, dua tokoh setengah mitos (banyak yang menganggap sebetulnya keduanya adalah satu orang) yang diyakini sebagai  abdi dan penasehat spiritual Sang Prabu Brawijaya V dalam wujud Mahadewa. Pemujaan terhadap arca Phallus melambangkan ungkapan syukur dalam pengharapan atas kesuburan yang melimpah atas bumi setempat. Aras terakhir (kesembilan) adalah aras tertinggi sebagai tempat pemanjatan doa. Di sini terdapat bangunan batu berbentuk kubus.
Di sebelah atas bangunan Candi Cetho terdapat sebuah bangunan yang pada masa lalu digunakan sebagai tempat membersihkan diri sebelum melaksanakan upacara ritual peribadahan (patirtan). Di dekat bangunan candi, dengan menuruni lereng yang terjal ditemukan lagi sebuah candi yang biasa disebut oleh masyaraka sekitar sebagai Candi Kethek (Candi Kera).

B.     Candi Sukuh
Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang terletak di Kabupaten Karanganyar, Eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan sebagai sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Candi ini digolongkan kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan seksualitas. Candi Sukuh telah diusulkan ke UNESCO untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia sejak tahun 1995.
Situs Cansi sukuh dialporkan pertama kali pada masa pemerintahan Britania Raya di tanah Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Johnson kala itu ditugasi oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data-data guan menulis bukunya The History of Java. Setelah masa pemerintahan Britania Raya berlalu, pada tahun 1842, Van der Vlis, arkeolog Belanda, melakukan penelitian. Pemugaran pertama dimulai pada tahun 1928.
Lokasi Candi Sukuh terletak di lereng kaki Gunung Lawu pada ketinggian ±1.186 meter di atas permukaan laut pada koordinat 07o37,38’ 85” Lingtang selatan dan 111o07, 52’65” Bujur Barat. Candi ini terletak di Dukuh Berjo, Desa Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini berjarak ±20 KM dari kota Karanganyar dan 36 KM dari Surakarta. Bila menggunakam Wikimpia.
Bangunan Candi Sukuh memberikan kean kesederhanaan yang mencolok pada para pengunjung. Kesan yang didapatkan dari candi  ini sungguh berbeda denga yanag di didapatkan dari candi-candi besar di Jawa Tengah lainnya yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Bentuk bangunan candi Sukuh cenderung mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peniggalan budaya Inca di Peru. Struktur ini juga mengingatkan para pengunjung akan bentuk-bentuk piramida di Mesir.
Kesan kesederhanaan menerik perhaian arkeolog termashyur Belanda, W.F. Stutterheim, pada tahun 1930. Ia mencoba menjelaskannya dengan memberikan tiga argumen. Pertama, kemungkinan pemahat Candi Sukuh bukan seorang tukang batu melainkan tukang kayu dari desa dan bukan dari kalangan keraton. Kuda candi dibuat menjelang kerunuhannya Majapahit, sehingga tidak memungkinkan untuk membuat candi yang besar dan megah.
Para pengunjung yang memasuki pintu utama lalu memasuki gapura terbesar akan melihat arsitektur khas bahwa ini tidak disusun tegak lurus namun agak miring, berbentuk trapesium dengan atap di atasnya. Batu-batuan di candi ini berwarna agak kemerehan, sebab batu-batu yang dipakai adalah jenis andesit.
Pada teras pertama terdapat gapura utama. Pada gapura ini adal sebuah sanglaa dalam bahasa Jawa berbunyi gapura Buta Abara Wong. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gapura sang raksasa memangsa manusia”. Kata-kata ini memliki makna 9,5,3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1359 Saka atau tahun 1437 Masehi.
Gapura pada teras kedua sudah rusak. Di kanan dan kiri yang biasanya terdapat patung penjaga pintu atau Dwarapala, didapati pula, namun dalam keadaan rusak dn sudah tidk jelas bentuknya lagi. Gapura sudah tidak beratap dan pada teras ini tidak dijumpai banyak patung-patung. Namun, pada gapura ini terdapat sebuah Candrasangkala pula dalam bahasa Jawa yang berbunyi Gajah Wiku Anahut Buntut. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gajah Pendeta Menggigit Ekor”. Kata-kata ini memiliki makna 8,7,3, dan 1. Jika dibalik maka akan mendapat tahu 1378 atau tahun 1456 Masehi. Jadi jika bilangan ini benar, maka ada selisih hampir 20 tahun dengan gapura di teras pertama.
Pada teras ketiga ini terdapat palataran besar dengan candi induk dan beberapa relief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan. Jika para penngujung  ingin mendatangi candi induk yang suci ini, maka batuan yang berundak relatif lebih tinggi daripada batu berundak sebelumnya harus dilalui. Selain it lorongnya juga sempit. Konon arsitektur ini sengaja dibuat demikian. Sebab candi induk yaang mirip dengan bentuk vagina ini, menurut beberapa pakar memang dibut untuk mengetes keperawan para gadis. Menurut cerita, jika seorang gadis yang masih perawan mendakinya, maka selaput daranya akan robek dan berdarah. Namun apabila ia tidak perawan lagi, maka ketika melangkahi batu unduk ini, kain yang dipakainya akan robek dan terlepas.
Tepat di atas candi utama bagian tengah terdapat bujur sangkar yang kelihatannya merupakan tempat menaruh sesajian. Di sini terdapat bekas-bekas kemenyan, dupa. Dan hio yang dibakar, sehingga terlihat masih sering dipergunakan untu bersembahyang. Kemudian ada bagian kiri candi induk terdapat serangkaian relief-relief yang merupakan mitologi utama Candi Sukuh dan telah diidentifikasi sebagai relief cerita Kidung Sudamala. Urutan reliefny adalah sebagai berikut :
Relief Pertama.
Di bagian kiri dilukiskan sang Sahadewa atau Sadewa, saudara kembar Nakula dan merupakan yang termuda dari para pandawa Lima. Kedua-duanya putra Prabu Pandu dari Dewi Madrim, istri yang kedua. Madrim meninggal ketika Nakula dan Sedewa masih kecil dan keduanya diasuh oelh Dewi Kunti, istri utama Prabu Pandu. Dewi Kunti lalu mengasuh mereka bersama ketiga anaknya dari Pandu: Yudistira, Bima, dan Arjuna. Relief ini menggambarkan Sadewa yang sedang berjongkok dan di ikuti oleh seornag Punakawan ata pengiring. Berhadapan dengan Sadewa terlihat seorang wanita yaitu Dewi Durga yang juga disertai seorang Punakawan.
Relief Kedua.
Pada relief kedua ini dipahat gambar Dewi Durga yang telah berubah menjadi seorang Raksasi (rakasa wanita) yang berwajah mengerikan. Dua orang rakasasa mengerikan ; Kalantaka dan Kalanjaya menyertai Batari Durga yang sedang murka dan mengancam akan membunuh Sadewa. Kalantaka dan Kalanjaya adalah jelmaan bidarara yang dikutuk  karena tidak menghornati dewa sehingga harus terlahir sebagai raksasa berwajah buruk. Sadewa terikat pada pohon dan diancam dibunuh dengan pedang karena tidak mau membebaskan Durga. Dibelakangnya terihat antara Semar. Terlihat wujud hantu yang melayang-layang dan di atas pohon sebelah kanan ada dua ekor burung hantu. Lukisan mengerikan ini kelihatannya ini merupakab lukisan di hutan serta Ganadmayu (Gandamayit) tempat pembuangan para dewa yang di usir dari surga karena pelanggaran,
Relief Ketiga.
Pada bagian ini digambarkan bagaimana Sadewa bersama Punakawannya, Semar berhadapan pertapa buta bernama Tambrapetra dan putrinya yeng bernama Ni Padapa Prangalas. Sadewa akan menyembuhkannya dari kebutaannya.
Relief Keempat.
Adegan sebuah taman indah di mana sang Sadewa sedang bercengkrama dengan Tambrapetra dan putrinya Ni Padapa serta Punakawan di pertapaan Prangalas. Tembrapetra berterima kasih dan memberikan putrinya kepada Sadewa untuk dinikahinya.
Lukisan ini merupakan adegan adu kekuatan Bima dengan kedua Raksasa Kalantaka dn Kalanjaya. Bima dengan kekuatannya yag luar biasa sedang mengangkat kedua raksasa tersebut untuk dibunuh dengan kuku pancanakanya.
Prasasti Sukuh.
Lalu pada bagian kana terdapat dua buah patung garuda yang merupakan bagian dari cerita pencarian titra amerta (air kehidupan) yang terdapat dalam kitab Adiparwa, kitab pertama Mahabrata. Pada bagian ekor sang Garuda terdapat sebuah Parsasati.
Kemudian  sebagai bagian dri kisah pencarian amerta tersebut di bagian ini terdapat pula tiga patung kura-kura yang melambangkan bumi dan penjelmaan dewa Wisnu. Bentuk  kura-kura ini merenyerupai meja dan ada kemungkinan memang di desain sebagai tempat menaruh sesajian. Sebuah piramida yang puncaknya mengaduk-aduk lautan mencari tirta amerta.
Selain candi utama dan patung-patung kura-kura, garud, serta relife-relief, masih ditemukan pula beberapa patung hewan berbentuk celeng (babi hutan) dan gajah berpelana. Pada zaman dahulu para ksatria dan kaum bangsawan berwahana gajah.
Lalu ada pula banguna berekief tapal kuda dengan dua sosok manusia di dalamnya, di sebelah kiri dan kanan yang berhadapan satu sama lain. Ada yang berpendapat bahwa relief ini melambangkan rahim seorang wanita dan sosok sebelah kiri melambangkan kejahatan dan sosok sebelah kanan melambangkan kebajiakan. Namun hal ini belum begitu jelas. Kemudian ad sebuah bangunan kecil di depan candi utama yang disebut candu Pewara. Di bagian tengahnya, bangunan ini berlubang dan terdapat patung kecil tanpa kepala. Patung ini oeleh beberapa kalangan masih dikeramatkan sebab sering  sekali diberi sesajian.

C.    Air Terjun Jumog
Tiket masuk : Rp 3.000
Parkir Motor : Rp 2.000
Parkir Mobil : Rp 3.000
Homestay : Rp 50.000 - Rp 200.000
Jika anda melakukan perjalanan wisata ke Grojogan Sewu, Tawangmangu, menyesal bila tidak mampir ke daerah Berjo, Ngargoyoso. Sebab di sana ada sebuah obyek wisata yang tak kalah indah dengan Tawangmangu. Terkenal dengan nama Air Terjun Jumog. Memang orang banyak yang tidak menyangka bahwa Desa Berjo di Kecamatan Ngargoyoso itu memiliki pesona wisata yang eksotik dan juga beragam.
Air Terjun Jumog berbeda dengan Grojogan Sewu di daerah Tawangmangu karanganyar yang telah lebih dulu diikembangkan, Air Terjun Jumog tampak lebih sederhana. Air terjunnya pun tidak terlalu tinggi sekitar 30 m, namun tetap memancarkan keindahan khas wisata alam. Konon, setiap pukul sepuluh pagi, muncul pelangi di air terjun ini. Air terjun ini dikenal masyarakat setempat dengan nama The Lost Paradise (surga yang hilang).
Pengunjung dari luar kota, biasanya mengenali Karanganyar dari Candi Sukuh atau Tawangmangu secara keseluruhan. Dari semua potensi yang terdapat di Berjo, baru Candi Sukuh dan Air Terjun Jumog yang bisa dinikmati secara nyaman oleh para wisatawan. Khusus untuk air terjun Jumog, Pemerintah Desa Berjo memang memberikan perhatian khusus. Obyek itu sudah menjadi kebanggaan warga Berjo karena dikelola secara mandiri oleh masyarakat setempat.
Berbeda dengan Grojogan Sewu di Kecamatan Tawangmangu yang telah lebih dulu dikembangkan, air terjun Jumog tampak lebih sederhana. Air terjunnya pun tidak terlalu tinggi, namun tetap memancarkan keindahan khas wisata alam. Konon, setiap pukul 10.00, di sekitar air terjun yang dibuka sejak tahun 2004 ini muncul pelangi. Tidak sulit mencapai air terjun Jumog. Rute yang dapat diambil jika dari Surakarta, meluncur ke arah Tawangmangu. Di pertigaan selepas Pasar Karangpandan, ambillah jalur ke kiri, ke arah Ngargoyoso. Jalur ke kanan adalah jalur ke Tawangmangu. Karena dikelola secara swadaya oleh masyarakat, tiket masuknya cukup murah, hanya tiga ribu rupiah saja per orang.
Fasilitas yang ditawarkan di tempat wisata ini cukup lengkap. Di samping kita bisa menikmati indahnya air terjun yang dikelilingi bukit dengan pepohonan hijau yang asri. Disediakan pula arena mainan dan kolam renang anak-anak. Selain itu juga terdapat musala, kamar mandi, dan tempat untuk mengisi perut. Terdapat penjual sate ayam dan sate kelinci khas daerah ini. Debit air di air terjun ini tidak begitu deras.
Pengunjung bisa puas bermain air di tempat ini. Tentu saja, airnya dingin khas pegunungan. Jangan lupa juga untuk membawa bekal makanan serta minuman untuk mengembalikan stamina yang banyak terbuang untuk bermain air dan berfoto-foto untuk mengabadikan momen bersama keluarga maupun orang yang disayangi. Kamera digital tentunya juga menjadi syarat wajib barang bawaan yang harus disiapkan jika akan pergi ke air terjun Jumog ini. Kalau ingin bermalam, tidak usah khawatir. Tersedia homestay sekitar satu kilometer km dari air terjun. Harga sewa mulai Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribuan.

D.    Air Terjun Parang Ijo
Karanganyar memang surganya wisata alam di Jawa Tengah. Bagaiamana tidak, ada banyak obyek wisata di Kabupaten yang berada di lerangg Gunung Lawu ini. Setidaknya ada tiga air terjun besar disini, selain Air Terjun Grojogan Sewu dan Jumog, ada satu lagi air terjun yang sangat indah dan mudah dijangkau. Namanya Air Terjun Parang Ijo yang terletak di lereng Gunung Lawu dan memiliki ketinggian sekitar 50 m. lokasi air terjun ini Kecamatan Ngargoyoso. Bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.  Air terjun ini berjarak tempuh sekitar 20 menit dari komplek wisata candi Cetho. Sedangkan jaraknya dari solo sekitar 35 km, atau memakan waktu sekitar 1 jam perjalanan.
Pada tahun 1942 di sebuah dusun, ada sebuah pohon tua yang sangat besar dan didominasi warna hijau.  Pohon ini dianggap keramat karena tidak bisa ditebang.  Keberadaan pohon itu tidak lama, banjir besar (dikenal dengan nama Baru Klinting oleh masyarakat sekitar) yang melanda daaerah tersebut mampu menumbangkan pohon tersebut dan membawanya bersama derasnya arus.  Akan tetapi pohon tersebut tetap dapat berdiri tegak dan mendapat tempat baru, dimana secara kebetulan menempati diantara tebing (parang), sehingga mempermudah aliran air dari atas tebing menuju lembah melalui batangnya. Aliran air yang terus menerus membuat pohon semakin hijau dengan tumbuhnya lumut-lumut.
Pada tahun 1982 banjir Baru Klinting kembali melanda daerah ini dan menerjang pohon diantara parang itu.  Hilangnya pohon menyebabkan aliran air yang awalnya melalui batang pohon kini terjun ke bawah tanpa perantara membentuk air terjun yang dikenal dengan nama Parang Ijo yang berarti berwarna hijau diantara 2 tebing. 
Terletak di Dusun Munggur, Desa Girimulyo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Peta dan Koordinat GPS: 7°37'16"S   111°7'59"E. Berjarak sekitar 2 km dari pertigaan Nglorok.  Dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi atau umum baik roda dua atau empat dengan kondisi jalan cukup bagus.  Dari pertigaan Nglorok ambil belokan ke kiri, ke arah Candi Cetho.  Selanjutnya ikutin jalan hingga tiba di lokasi air terjun berada.   Jalan menuju air terjun ini cukup sempit, sangat susah bila ada dua kendaraan berpapasan, berliku dan naik turun.
Bagi pengguna kendaraan umum dari kota Solo naik bis jurusan Tawangmangu atau Matesih dan turun di terminal Karang pandan.  Lalu di terminal ini berganti dengan bis kecil berwarna biru dengan trayek Karang Pandan - Ngargoyoso - Kerjo, turun di pertigaan Nglorok dengan ongkos Rp 2.000,-.  Perjalanan selanjutnya menempuh jalan beraspal sejauh sekitar 1,9 km hingga tiba di pos pemungutan restribusi.
Perjalanan ini bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau naik ojek dengan tarif resmi dan terjangkau. Tidak jauh dari pos retibusi tersebut terdapat sebuah pertigaan yang menuju ke Air Terjun Jumog dan Candi Sukuh. Sedangkan kalau belok kiri ke Candi Cetho dan Air Terjun Parang Ijo.   Ambil belokan kiri dan terus ikuti hingga tiba di lokasi air terjun.
Meski perjalanannya terkesan sulit, yakinlah bahwa itu bakal terbayar. Air terjun ini menawarkan pemandangan yang indah tidak kalah dengan air terjun lainnya di Karanganyar. Selain keindahan air terjun, di sekitar lokasi ini juga terdapat fasilitas lainnya. Antara lain gardu pandang dan sarana bermain untuk anak-anak.
Lokasi wisata ini juga sudah disempurnakan dengan adanya taman air dan kolam renang. Yang ingin mandi, telah disediakan kamar mandi dan ruang ganti yang bersih. Jangan khawatir jika lupa membawa bekal makanan. Di obyek wisata air terjun Parang Ijo, menyediakan berbagai venue dengan berbagai menu makanan.
Tidak jauh dari pos retibusi tersebut terdapat sebuah pertigaan yang kalau lurus menuju ke Air Terjun Jumog dan Candi Sukuh, sedangkan kalau belok kiri ke Candi Cetho dan Air Terjun Parang Ijo.   Ambil belokan kiri dan terus ikuti hingga tiba di lokasi air terjun berada.
Tiket masuk adalah Rp 2500 per orang.  Pengelolaan wisata air terjun ini dilakukan oleh masyarakat sekitar.  Sebelumnya membayar tiket restribusi masuk ke kawasan wisata sebelum pertigaan Ngloros sebesar Rp 1000 bagi pengguna roda dua. Fasilitas yang tersedia di lokasi ini adalah Menara atau Gardu Pandang, area taman bermain, kolam renang dan juga warung penjaja makanan.
Daya tarik lain lokasi wisata ini adlah adanya air terjun kecil (semacam rembesan air sepanjang seiktar 20 meter dan tinggi 10 meter). Aliran ini nampak begitu indah saling bersambung menjadi satu-kesatuan.
Dari kejauhan nampak seperti kaca yang dialiro air. Kalau belum puas, silahkan berkeliling menaiki seribuan tangga menuju bukit di atas air tejun. Dijamin anda akan menyerah ditengah jalan. Namun jangan khawatir, anda sejenak melepas lelah di salah satu gardu panjang sembari mengumpulkan tenaga. Sebenarnya dari bukit ini kita bisa menikmati pemandangan di kawasan air terjun dan pemandangan luas kota Karanganyar dan kota Solo, namun sayang rerimbunan pohon menghalangi sebagian pandangan kita.
Apabila anda belum puas menikmati wisata alam di Parang Ijo dan masih punya waktu, saya sarankan anda melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Jumog yang lokasi tidak begitu jauh dari lokasi ini. Atau bisa ke Candi Sukuh yang jaraknya hanya 3 km dari Jumog. Bisa juga ke Candi Cetho. Kalau anda ingin bergaya seperti foto pre wedding, silahkan ke perkebunan teh Kemuning. Dijamin anda akan medapatkan foto dengan pemandangan yang indah.

E.     Sapta Tirta Pablengan
Objek wisata Sapta Tirta di Desa Pablengan, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, tidak berkelebihan jika dikatakan sebagai salah satu keajaiban alam di bumi Indonesia. Sapta Tirta, sapta artinya tujuh, tirta artinya air. Sapta Tirta maksudnya, tujuh mata air. Uniknya, tujuh mata air tersebut berkumpul di satu areal sekitar 2 hektar. Jarak satu mata air yang satu dengan mata air yang lain, paling dekat kurang lebih 5 meter, paling jauh kira-kira 15 meter. Ke-7 mata air tersebut mengeluarkan air yang kandungan mineralnya satu sama lain berbeda.
Objek wisata alam ini terletak di jalan raya yang menghubungkan Karangpandan dan Astana (= makam raja) Mangadeg Girilayu. Jarak Sapta Tirta dengan Kota Karanganyar, ibukota Kabupaten Karanganyar, sekitar 20 km. Objek wisata ini terletak di kaki Gunung Lawu berhawa sejuk, dengan latar belakang hutan pinus Argotiloso.
“Sapta Tirta ini mempunyai kaitan erat dengan sejarah perjuangan Pangeran Raden Mas Said melawan VOC, tahun 1741 sampai 1757″, kata Sugeng, 32 tahun, salah seorang pengelola Sapta Tirta.
Dulu lokasi ini bekas benteng pertahanan Pangeran Raden Mas Said, yang karena saktinya, beliau mendapat julukan Pangeran Sambernyawa. VOC memang berhasil menduduki benteng itu. Lalu benteng diobrak-abrik rata dengan tanah. Tetapi Sapta Tirta tidak terusik sampai sekarang. Pangeran Sambernyawa mundur, tetapi terus gigih melawan pasukan tentara VOC. Sampai akhhirnya VOC kuwalahan menghadapi gerilya Pangeran Sambernyawa dan para pengikutnya.
Tanggal 17 Maret 1757 perlawanan Pangeran Sambernyawa berhenti. Tanggal itu terjadi perdamaian dan perjanjian, dihadiri oleh Raja Surakarta Hadiningrat Pakubuwana ke-III, Sultan Jogja, VOC, dan Pangeran Sambernyawa. Hasilnya, Pangeran Sambernyawa mendapat daerah otonomi atau Praja Mangkunegaran, dan beliau mendapat sebutan Kanjeng Gusti Pangeran Ario Adipati (KGPAA) Mangkunegara I.
Salah satu peninggalan Pangeran Sambernyawa adalah tempat semedi (=tafakur). Tempat tersebut berpagar besi, luasnya sekira 2 meter persegi. Tempat keramat tersebut tertulis kaligrafi huruf Jawa: ega. “Kepanjangan huruf ega adalah Eyang Gusti Aji alias Pangeran Sambernyawa, yang nama kecilnya Raden Mas Sahid.
Bila masuk kompleks ini, sebaiknya berlaku santun. Karena tempat ini peninggalan bangsawan sakti. Misalnya, jangan seenaknya buang air kecil di sini. Gunakan adab yang santun dan jauhi perilaku yang tak beradab.
Sebenarnya ada 8 sumber, yaitu sumber air tawar. Tetapi letaknya di bukit, di atas, tak jauh dari kompleks Sapta Tirta. Di kompleks ini disediakan mushola. Bangunan kuno yang lain, selain tempat semedi, adalah Pemandian Keputren. Dulu memang tempat mandi para puteri. Tempat ini juga keramat. Orang tidak boleh berlaku sembarangan. Kalau mau masuk atau mandi, harus seijin pengelola. Orang yang hendak berziarah ke makam raja-raja di Astana Mangadeg Giribangun, biasanya mandi dulu di Pemandian Keputren dan mohon ijin Pangeran Sambernyawa di petak semedi.
Sebuah fenomena alam yang biasa terjadi di sebuah gunung berapi, tetapi yang membuat beda di tempat ini adalah terdapat tujuh buah sumber mata air yang berbeda, yaitu: air bleng, air mati, air hidup, air urus-urus, air kasekten, air soda dan air tenang dan masing-masing sumber mata air mempunyai rasa dan kasiat yang berbeda.
Dengan luas area sekitar tujuh hektar dan fasilitas tempat pemandian pribadi, wisatawan dapat menikmati kehangatan air Sapta Tirta Pablengan. Dengan sejarah keberadaannya yang sangat erat dengan Pangeran Sambar Nyawa, tempat ini juga memiliki sisi spiritual yang sangat bernilai.
Obyek wisata pemandian air hangat Sapta Tirta yang juga digadhang-gadhang menjadi andalan pariwisata Karanganyar, adalah salah satu obyek wisata yang belum begitu populer. Kini, obyek wisata itu mulai berbenah diri. Direncanakan, di sana akan dibangun arena bermain, flyingfox serta fasilitas kolam renang di kompleks wisata yang terletak di Desa Pablengan, Matesih, Karanganyar itu.
Menurut catatan sejarah  merupakan pemandian bersejarah peninggalan masa kerajaan Mangkunegaran Surakarta dan di dalam kompleks ini terdapat banguan sakral berupa pemandian terbuak yang memilki 6 kamar mandi. Hingga kini pemandian Sapta Tirta masih tetap ramai dikunjungi terutama mereka yang akan melkukan hajat tradisi ke makam raja-raja maupun petilasan leluhur.
Air di pemandian Sapta Tirta Diyakini air yang kaya mineral dari sumber Sapta Tirta berkhasiat mengobati berbagai jenis penyakit. Obyek ini dinamakan Sapta Tirta karena di sini terdapat tujuh buah sumber air dengan nama yang berbeda-beda. Pertama, Sumber Air Bleng yang airnya digunakan sebagai bahan pembuatan karak atau kerupuk. Kedua, Sumber Air Kasekten, airnya dipercaya dapat menambah kekuatan dan mensucikan badan. Ketiga, Sumber Air Mati yang dianggap unik sebab airnya selalu tetap, tidak bertambah dan tidak berkurang, namun konon air dari sumber ini tidak boleh digunakan untuk mandi, cuci muka apalagi diminum.
Keempat adalah Sumber Air Urus-Urus yang airnya digunakan untuk memperlancar buang air besar atau obat pencuci perut. Kelima, Sumber Air Hangat, airnya dipercaya dapat menyucikan badan sekaligus untuk mengobati berbagai penyakit kulit, gatal-gatal, dan rematik. Keenam Sumber Air Hidup yang airnya dipakai untuk membasuh muka agar seseorang awet muda dan tampak cantik penampilannya, Sedangkan ketujuh Sumber Air Soda, yang airnya berasa soda alami dan bisa menyembuhkan berbagai penyakit dalam seperti ginjal, TBC, liver serta gula.
Pemandian Sapta Tirta merupakan sumber air yang mengandung zat belerang, zat besi dan zat-zat lain yang bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit kulit dan rematik,
Obyek wisata ini berjarak 17 km ke arah timur dari pusat Kota Karanganyar. Akses ke lokasi ini relatif mudah karena dapat ditempuh dengan bis umum mengingat letaknya persis di tepi jalan raya Karangpandan–Matesih. Menurut sejarah, pemandian air hangat ini dibangun Mangkunegara VI sebagai tempat untuk tetirah trah Mangkunegaran. Selain untuk itu juga digunakan tempat meditasi kerabat Mangkunegaran untuk mengusir kepenatan.
Itulah Sapta Tirta, salah satu wisata alam yang “ajaib”. Saat ini, Sapta Tirta terus dibangun dan dikembangkan, disesuaikan dengan selera konsumennya. Misalnya ditambah dengan panggung terbuka dan flyng fox buat meluncur dari atas bukit. Suatu permainan baru yang banyak digemari kaum remaja.
Menurut Sugeng, jumlah pengunjung mencapai puncaknya pada saat 1 Suro (1 Muharam) malam. Pada saat itu jumlah pengunjung bisa mencapai ratusan. Mereka banyak yang bermalam di kompleks ini sampai dini hari. Oleh sebab itu, sekarang telah disediakan panggung terbuka untuk menyajikan hiburan. Jenisnya pagelaran wayang kulit semalam suntuk, atau sendra tari, atau hiburan lain yang bersifat seni klasik.
Sapta Tirta buka mulai pukul 8 pagi sampai sore hari. Tetapi bagi mereka yang datang setiap waktu, misalnya malam hari, pengelola selalu siap melayani. Perlu diketahui, kompleks ini sering dijadikan “menyepi dan semedi” di kala malam hari. Pengunjung tidak hanya dari Pulau Jawa, tetapi juga ada yang datang dari luar Jawa. Bahkan, ada yang datang dari manca negara, tetapi umumnya, mereka dari suku Jawa. Atau masih keturunan, atau “trah” KGPAA Mangkunegara I alias Pangeran Sambernyawa.

BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Komunikasi (K3) atau magang di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar selama satu bulan sejak tanggal 20 Februari 2012 sampai dengan 20 Maret 2012. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oelh penulis selama melaksanakan magang di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar antara lain; menerima tamu, mengagendakan dokumen, menyusun dokumen penting, menyusun brosur publikasi obyek wisata Kabupaten Kanganyar, mengikuti apel pagi, memfotokopi dokumen dan melakukan magang praktek langsung ke obyek-obyek.
Obyek-obyek wisata Kabupaten Karanganyar yang ditunjuk DISPARBUD untuk penulis melakukan magang praktek, keadaannya sungguh memperihatinkan dan kurang terawat sehingga dalam sati haripun pengunjung yang datang tidak sampai 100 pengujung. Ini merupakan tugas bagi DISPARBUD maupun masyarakat setempat agar merehabilitasi tempat wisata yang kurang layak untuk dikunjungi serta berperan aktif dalam upaya pemasaran obyek wisata tersebut.

B.     Saran
õ Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar
a)      Untuk mencapai misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Karanganyar, dalam meningkatkan citra tempat wisata Karanganyar kantor harus memahami strategi pemasaran yang sesuai perencanaan, sehingga dapat menarik minat wisatawan.
b)      Untuk mendukung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Karanganyar  dalam mengembangkan tempat wisata yang di Kabupaten Karanganyar, kantor harus menciptakan hubungan yang baik dengan berbagai sektor meliputi biro perjalanan wisata, hotel, rumah makan, villa, dll.
c)      Semua pegawai harus lebih meningkatkan kinerja dan kemampuan berbahasa asing dan upaya dalam melakukan promosi obyek wisata yang ada di Kabupaten Karanganyar.

õ Publik
a)      Mendukung upaya pemerintah daerah Karangayar mulai dari masyarakat daerah setempat maupun wisatawan harus menjaga lingkungan wisata.
b)      Menyimpan semua nilai karakteristik pariwisata Kabupaten Karanganyar, masyarakat Karanganyar harus mengambil bagian dalam pariwisata yang diselanggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan  Karanganyar.